MAHAWIRA

el
Chapter #22

EPILOG

Seorang gadis dengan sebuah bunga di dekapaannya itu nyaris tumbang, jika saja Dipta tak segera menahan. Ia berjongkok, menatap tidak percaya pada sebuah gundukan tanah yang penuh bunga.

Butuh waktu lama bagi Aylin untuk benar-benar berani kembali. Matanya memburam, dadanya bertalu-talu sampai ia merasa kesakitan.

Dia tidak pernah sesakit ini, Tuhan...

Aylin menangis. Dipta beranjak, ia mengamati dari kejauhan. Barangkali Aylin butuh ruang untuk sendirian di hadapan makam Wira.

Sebab ia tahu bagaimana kedekatan Wira dan Aylin.

Aylin memeluk nisan di depannya, dadanya mencelos hebat sewaktu matanya menangkap tanggal lelaki itu sewaktu menghembuskan napas terakhirnya. 15 Mei. Tepat 17 tahun Aylin di dunia ini. Sebelah tangannya meremat gundukan tanah dengan erat. Matanya memejam kuat.

"Harusnya aku gak tinggalin kamu, Wira..."

"Harusnya aku gak pergi waktu itu..."

Mendengar penjelasan dari Dipta mengenai bagaimana kronologi lelaki itu bisa sampai menemukan Wira, membuat hati Aylin terasa remuk.

Kalau saja aku bisa bawa kamu ke rumah sakit lebih cepat...

Aylin tersedu. Tangisannya terdengar pilu.

"Wira, aku sama siapa? Siapa yang temenin aku kalau aku sendirian di rumah?" Aylin bertanya seperti anak kecil.

Separuh jiwa Aylin hancur.

"Kita salah apa, Wir. Sampai dunia aja gak izinin buat sama-sama..."

Melihat Aylin yang semakin kacau, Dipta mulai mendekat. Ia menegakkan tubuh Aylin yang sudah terduduk di tanah. "Ay, udah. Kamu gak salah. Gak ada yang salah," ujar Dipta pilu.

"Ini semua takdir, Ay..."

"Wira bakal sakit liat kamu kayak gini, Ay."

"Kamu gak mau Wira sedih, kan?"

Aylin menggeleng.

"Ini rumah baru Wira, gak sopan kalau kamu kayak gini," ucap Dipta berusaha menenangkan.

"Ay, hadap sini," sambungnya sebab Aylin tidak menjawab. Hanya menyuarakan sedu yang terdengar memilukan.

Lihat selengkapnya