MAHILA DIUJUNG SENJA

Meria Agustiana
Chapter #9

BAB 8

Banyuwangi 2016

 

Tujuh tahun setelah kepergian Parman, semua kembali hidup normal. Semua telah melupakan kesedihan yang tujuh tahun meyelimuti keluarga Si Mbok. Setelah tujuh tahun, banyak hal yang berubah. Alif dan Bayu telah menikah dan memiliki anak –anak yang begitu manis dan lucu. Kehidupan harus berjalan meski banyak orang yang telah menghilang. Karena semua pasti akan pergi dengan waktu dan cara yang berbeda. Menyimpan kesedihan tidak akan berarti apa-apa, justru akan menghambat langkah untuk kembali melanjutkan hidup.

Hari ini tepat dua puluh satu tahun Marni pergi meninggalkan seluruh keluarga dan anak-anaknya. Selama itu pula tidak pernah ada titik terang akan keberadaan Marni. Si Mbok masih dengan aktivitas lamanya menunggu Marni dipinggir jalan. Mbok Jah yang dulu selalu menyapa Si Mbok setiap pagi, kini telah digantikan anaknya karena kondisi kesehatan yang tidak baik. Si Mbok yang dulu selalu semangat berjalan kini mulai lelah karna usia. Kulit Si Mbok yang semakin lama semakin terlihat keriput, ramput hitam yang telah dipenuhi uban, kaki kuat yang selalu membantu Si Mbok berjalan kini mulai goyah karena usia lanjut. Namun harapan dan semangat Si Mbok menungggu kedatangan Marni tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang.

Yanto sudah pergi bekerja pagi tadi, Surti juga sudah berangkat ke pasar pagi-pagi sekali. Yanto dan Surti kini telah memiliki toko didaerah pasar. Usaha toko keci-kecilan yang dirintis dari dulu, sekarang berubah menjadi toko yang besar dan menyediakan berbagai kebutuhan dapur dan rumah.

Si Mbok tampak duduk melamun memandang sebuah foto yang ada ditangannya. Hari ini cuaca mendung dan grimis membuat udara menjadi dingin. Setelah selesai memasak, Si Mbok duduk didepan teras rumah menunggu hujan berhenti untuk berjalan menuju persimpangan. Si Mbok sedang memandang foto Alif dan Bayu bersama keluarga kecilnya. Si Mbok merasa terharu melihat mereka bisa tumbuh dengan baik meski tidak pernah meraakan kasih sayang seorang ibu. Pelajaran hidup yang telah mereka alami selama ini, membuat mereka menjadi manusia yang lebih kuat.

“Mar, kapan awakmu balek ? awakmu gak pengen ndlok putumu ? ayu-ayu Mar”

(Mar, kapan kamu pulang ? kamu tidak ingin melihat cucumu ? cantik-cantik Mar)

Ucap Si Mbok sambil memandang foto dengan senyum-senyum.

Si Mbok mengelus-elus wajah anak kecil didalam foto. Dua anak kecil yang begitu cantik dan tersnyum gembira disalam foto.

“Mesakne awakmu Nduk gak iso ketemu Mbahmu”

(Kasian kamu nak gak bisa nenekmu)

Si Mbok tampak meneteskan air mata sebelum melanjutkan kata-katanya.

“Dongakne Mbah yo Nduk, mugo cepet balek”

(Doakan nenek ya nak, semoga cepat pulang)

Si Mbok tetap tersenyum dengan air mata yang menunjukkan kesedihan dan kerinduannya terhadap Marni.

 

*****

Suara kelakson motor terdengar hingga kehalaman belakang. Si Mbok yang tengah memasak didapur terlihat malanjutkan kegiatannya tanpa memperdulikan bunyi klakson.

“Mbok... Mbok....” Suara seorang wanita mendekat kearah Si Mbok.

Si Mbok yang masih fokus dengan wajan dihadapannya, tampak terkejut ketika melihat sosok wanita cantik disampingnya.

“Yaallah iki mau wakmu to Ti”

(Yaallah ini tadi kamu to Ti)

Wanita cantik itu adalah Yanti, istri Rohim.Yanti dan Rohim memang sering berkunjung kerumah Si Mbok. Karena faktor usia, terkadang pendengaran Si Mbok juga mulai berkurang.

“Edi Rohim ?”

(Mana Rohim ?)

“Si Mbok tak celuk meneng wae. Kae mas Rohim neng ngarep Mbok.”

(Si Mbok saya panggil diam saja. Itu mas Rohim didepan Mbok)

Tampak Rohim sedang menurunkan sebuah karung putih ukuran sedang dari atas motor dan mengendongnya. Sebelum masuk kedalam rumah, Rohim melihat Ayu tengah berbincang dengan seorang pria asing dihalaman rumah. Rohim merasa penasaran dengan pria tersebut dan mulai memperhatikan perbincangan mereka yang tidak dapat didengar karena jarak yang lumayan jauh. Saat tengah memperhatikan, Yanti memanggil Rohim dari dalam rumah dan menyurunya bergegas membawa masuk kurung yang berisi beras untuk diberikan kepada Si Mbok.

Setelah beberapa menit didalam rumah Si Mbok, Rohim keluar rumah dan mendapati pria asing tersebut pergi dengan sepeda motor menuju jalan raya. Karena merasa penasaran, Rohim menghampiri Ayu yang tengah menyapu halama rumah sekaligus ingin bersilaturahmi karena sudah lama tidak bertemu.

Lihat selengkapnya