FLASHBACK 35 TAHUN LALU
"Mbok... Mbok..." Suara panggilan yang nyaring itu membuat Si Mbok tersenyum manis melihat anak-anaknya bermain dihalaman rumah yang tidak begitu besar. Suasana ramai akan teriakan anak-anaknya ini terjadi tiga puluh lima tahun yang lalu, dimana semuanya masih berkumpul dan saling berbagi meski dalam kekurangan. SI Mbok yang duduk diteras rumah sambil mengayam daun kelapa dijadikan besek untuk dijual. tampak raut wajah bahagia terpancar dari senyum wanita paruh baya yang kini tengah berjuang menghidupi kedelapan anaknya. Bapak bekerja tanpa kenal lelah berangkat pagi pulang malam demi anak-anak yang mereka sayangi.
Dari kejauhan Si Mbok menatap gadis kecil berusia sekiar tujuh belas tahun dengan tubuh yang berisi, kulit putih dan ramput hitam ikal. Dia adalah sosok Marni kecil yang selalu menjadi pengayom adik-adiknya yang usianya tidak jauh dari dirinya. Sebagai anak perempuan tertua, Marni memiliki sifat yang sabar dan juga tegas terhadap adik-adiknya.
Marni menjadi salah satu kebanggaan Si Mbok karena bisa diandalkan dalam membantu semua urusan rumah. Meski anak-anakyang lain juga membantu, namun Marni selalu menjadi lider untukmengarahkan adik-adiknya. Marni memang harus merelakan pendidikannya putus karena biaya yang tidak mencukupi untuk melanjutkan pendidikan, namun Marni tetap semangat dan terus belajar dan membatu Si Mbok untuk meringankan pekerjaanya.
Marni berlari kearah Si Mbok dan duduk disebelah Si Mbok.
"Mbok kene tak ewangi."
(Mbok sini tak bantu)
Marni meraih beberapa daun kelapa dan mulai menganyamnya dengan lues karena dia sudah terbiasa melakukan pekerjaan ini.
“Wes kono dolan o wae Mar.”