🕊️🐀🐁🕊️
Dita menaikkan alisnya sebelah. “Kenapa? Harusnya aku yang nanya itu ke kamu. Kamu kenapa? Aku tanya kok malah sibuk ngelamun sendirian? Kamu masih mikirin ucapan kakak kelas yang tadi ya? Kenapa?”
“Apaan sih. Aku bukan lagi mikirin soal tadi. Aku Cuma lagi mikirin gimana caranya buat metode baru ngajar ngaji anak-anak kecil di sekitaran rumah aku. Sama, ada yang buat pikiran aku kacau Dit”
Dita mempercayai ucapan gadis itu dengan cepat sambil menganggukkan kepalanya. “Apa Ann? Soal apa? Yaudah, kamu mau makan apa? Biar aku pesenin. Selesai pesan makanan kamu bisa cerita semuanya oke”
“Terserah kamu mau pesan apa Dit” Jawabnya dingin. Dita pun paham, jika Ratna sudah berkata terserah. Itu berarti tergantung apa yang hendak dipesan sang pemesan.
Dita sibuk berbicara dengan pelayan di kantin. Sedangkan Ratna justru sibuk memegangi kepalanya. Dia begitu pusing dengan kemunculan lelaki yang setiap hari muncul di mimpinya itu.
Saat sedang menutup matanya dan bersandar di kursi yang dia duduki sambil mendengarkan musik. Tiba-tiba hatinya tertarik untuk membuka mata dan menoleh ke pojokan kantin. Dia merasa ada yang sedang memperhatikannya.
Dan benar saja, ada dua laki-laki yang terlihat sedikit ada kemiripan di antara keduanya tengah menatap ke arah mereka. Ratna pun menatap kembali dua lelaki itu dengan tatapan dinginnya. Seketika dua lelaki itu memalingkan wajahnya ke arah lain.
“Kenapa Ann?” Tanya Dita.
“Ada yang nyuri-nyuri pandang ke kita Dit. Tapi coba kamu lihat cowok kembar itu Dit” Ujar Ratna.
“Ooh, udah gak aneh. Ya, aku lihat cowok itu Ann. Mereka berdua kan yang ketemu sama kita di lorong toilet tadi” Jawab Dita dengan detail.
Jangan merasa heran. Ratna dan Dita memang gadis yang bersikap dingin terhadap orang-orang di sekitarnya. Tapi mereka justru akan sangat cerewet dan terbuka satu sama lain.
“Iya. Dia yang muncul di mimpi aku setiap hari Dit”
“Maksudnya? Aku gak ngerti Ann. Mimpi kamu? Kamu gak pernah cerita sebelumnya sama aku. Coba jelasin secara detail”
Untung saja meja yang mereka tempati sangat sepi. Itu karena orang-orang enggan untuk berbincang dengan mereka berdua. Terlebih lagi perihal mereka berdua yang memiliki sikap dingin sudah terdengar ke penjuru sekolah itu dengan cepat. Jadi Ratna tak merasa khawatir perbincangannya dengan Dita akan didengar orang lain.
“Dari awal aku masuk SMP Dit. Cowok yang duduk di kursi ujung itu muncul di mimpi aku terus Dit. Kamu mau tahu alasan aku tiba-tiba berhenti tadi waktu di toilet? Itu karena cowok itu Dit. Aku kaget kenapa dia bisa ada di dunia nyata begini. Oh Mama kepalaku jadi pusing” Ujar Ratna menjelaskan dan dia kembali memegangi kepalanya.
“What?!”
“Biasa aja kali kagetnya” Ujar Ratna dengan tatapan datarnya.
“Sorry sorry. Kamu serius Ann? Kamu salah orang kali Ann. Masa iya dari mimpi jadi nyata begini”
“Aku gak mungkin salah Dit. Orangnya betul-betul dia. Aku tahu betul wajah orang di mimpi itu. Apalagi aku mimpiin cowok itu dari kelas 1 SMP sampai sekarang pun dia masih sering muncul di mimpi aku Dit”
“Jodoh kali”
“Kamu ngomong sekali lagi. Aku mutilasi kamu Dit!!”
“Yeee, santai aja kali. Aku kan Cuma bercanda. Sekarang aku tanya sama kamu Ann. Kamu mimpiin dia waktu apa? Emmmm, maksud aku setelah sholat kah atau apalah?”