Mahkota Untuk Raihan

Ratnasari
Chapter #12

12.

🕊️🐀🐁🕊️

Berbeda dengan Ernaisya, luka besar yang pertama kalinya Ratna rasakan dan dapatkan sejak kecil berasal dari saudari kandungnya sendiri, yaitu Ernaisya. Miris bukan, Ratna begitu menghormatinya sebagai kakak perempuan. Tapi Ernaisya dengan senang hati menginjak-injak harga diri adik kandungnya sendiri. Selama ini Ratna hanya bisa tersenyum dan diam. Bukan karena dia takut dengan kakak perempuannya.

Tapi karena janjinya semasa kelas 8 SMP dulu. Dia sempat berjanji untuk tidak akan menunjukkan amarah aslinya di depan siapapun, kecuali pada dirinya sendiri. Ada sebuah peristiwa yang Ratna sendiri kebingungan apa alasannya hal itu bisa terjadi pada dirinya. Sejak saat itu juga, sikap diamnya Ratna begitu disegani banyak orang.

Sedih rasanya, mereka hanya bisa makan berlima saja. Seharusnya ada 7 orang. Ayah, Mama, Irwan, Irfan, Erna, Ratna dan Ranis. Tapi kedua abangnya justru tetap betah saja berdiam diri di Kota Batam, Kep. Riau.

Ratna lahir di Bogor. Ratna, dia pindah ke Kota Batam, Kep. Riau untuk memenuhi keinginan terakhir dari Almh Neneknya untuk bertemu dengannya. Dia dan keluarganya tinggal di sana sampai Neneknya tiada. Barulah dia kembali ke Bogor untuk memulai pendidikannya. Kemudian ia kembali ke kota Batam, Kep. Riau untuk mengunjungi kedua kakak lelakinya di sana sambil menunggu kabar kapan hari dia harus memulai masa SMA nya di Bogor.

“Hari ini kamu enggak ngajar ngaji anak-anak di mushola sayang?” Tanya sang Mama pada Ratna.

“Mungkin besok”

“Sekarang kalian bertiga tidur gih. Jangan lupa bersihin diri kalian dulu sebelum tidur”

“Biar Anna yang cuci bekas makannya. Mama sama Ayah tidur aja”

“Enggak perlu sayang. Biar Mama aja yang cuci ya. Kamu istirahat, kamu pasti capek kan habis sekolah hari ini”

“Pasti capek lah. Capek dapet pujian dari banyak orang hari ini” Sambar Ernaisya dengan nada ketusnya sambil bangkit dari duduknya.

Ratna menoleh sekilas pada Ernaisya dengan tatapan dinginnya. “Ma. Biar Anna aja ya” Ujar Ratna dengan nada dinginnya.

“Udahlah Ma, biarin Anna yang cuci bekas makannya. Kamu gak akan mungkin menang paksa Anna puteri kita” Tungkas sang Ayah.

“Yaudah, kalo kamu butuh bantuan Mama panggil aja ya sayang” Ujar sang Mama sambil memegangi pipi gadis itu. Ratna hanya diam tanpa senyuman.

“Aku ke kamar duluan. Selamat malam” Ucap Ernaisya sambil berjalan santai menuju kamarnya.

“Erna. Kamu bantuin Anna dulu gih. Dia kan adik kamu” Ucap sang Ayah membuat langkah gadis itu terhenti di anak tangga. “Seharusnya kamu yang cuci piring dan jadi contoh yang baik buat adik-adik kamu. Bukannya Anna”

Ernaisya memutar bola matanya malas di atas tangga. “Apa gunanya dia lahir jadi seorang adik. Kalo lahir Cuma buat dimanjain. Erna mau tidur, capek” Ujar Ernaisya dan berlalu pergi begitu saja.

“Ernaisya” Panggil sang Ayah berusaha menghentikannya kembali. Tapi Ernaisya menghiraukannya.

“Tak apa-apa kok. Lagian, Anna kan udah biasa lakuin kerjaan rumah dari dulu” Ujar Ratna dingin sambil menatap intens ke arah Ayahnya.

Ayahnya memeluk gadis itu dengan hangat. “Kamu emang puteri berlian keluarga besar kita sayang. Ayah sayang banget sama Anna”

Lihat selengkapnya