🕊️🐀🐁🕊️
Meskipun terlahir di keluarga yang berada. Tetapi berkat kecerdasan dan kemuliaan hati Ratna dan Dita, itulah yang mampu membuat keluarga mereka disegani banyak orang.
Keluarga Ratna adalah satu-satunya keluarga yang kental akan prinsip mereka tersendiri. Keluarga Ratna berprinsip bahwa, seluruh anggota keluarganya harus bisa belajar menjadi seorang istri dan suami di rumahnya sendiri. Agar setelah menikah, tak ada lagi yang harus dilatih dalam dirinya. Makanya, di keluarga besarnya Ratna memang diharuskan bagi anak gadis untuk bisa mengurus pekerjaan rumah sejak kelas 6 SD. Karena keluarga Ratna adalah keluarga berdarah Melayu sekaligus berdarah Sunda. Jadi, jangan heran jika cara berbicaranya terkadang sedikit berbeda dari yang lain.
Dita acuh dan bergegas pergi ke kamarnya.
“Oh iya satu lagi Ta. Cepat ganti baju terus bantu Mama masak” Ujar Mamanya membuat Dita berhenti di anak tangga.
“Pasti” Jawabnya dingin lalu segera melanjutkan langkahnya ke kamar.
Setibanya di kamar, Dita melemparkan tubuhnya ke tempat tidur dan melempar tas sekolahnya ke lantai dengan keras.
“Ya Rabb, apakah di dunia ini masih ada penderitaan yang jauh lebih sakit dari apa yang hamba jalani selama ini? Jika ada, seperti apakah penderitaan itu? Siapakah orangnya yang begitu kuat memikul hal sebesar itu sendirian? Tolong tunjukkan pada hamba ya Rabb. Setidaknya hamba gak akan menderita sendirian di dunia ini” Ujar Dita sambil menatap langit-langit kamarnya. Hingga tanpa sadar, air matanya berjatuhan tetes demi tetes.
“Kakakkkkkkkk” Teriak dua gadis kecil yang berlari dari arah luar kamar lalu masuk ke dalam kamar Dita yang terlihat tengah berlomba untuk memeluk tubuh Dita.
Dita menepis beberapa bulir air mata dan segera terbangun dari tempat tidurnya. Lalu langkahnya terhenti seketika karena teriakan mungil itu.
“Kakak Dit. Kakak Dit lama banget sih sekolahnya. Ira kan kangen tahu sama kakak Dit” Ujar salah satu anak kecil yang sudah menginjak kelas 4 SD.
“Aku juga kangen sama kakak Dit” Sambar gadis cilik yang usianya sekitar 5 tahun.
Dita berlutut di depan dua gadis cilik itu. “Maaf ya sayang, kakak kan harus belajar banyak-banyak biar jadi orang berhasil. Makanya deh kakak lama di sekolahnya”
Ira Nur Adriana Putri, gadis cilik yang berusia sekitar 10 tahun. Dia gadis cantik yang berkulit putih dengan rambut panjangnya. Dia adik pertamanya Dita.
Rini Adriani Putri, gadis cilik berusia sekitar 5 tahun. Perempuan cilik yang berkulit sawo matang dengan rambut keriting miliknya. Dia adalah adik terakhirnya Dita.
Meski Dita mendapat perlakuan tidak adil dari orang tuanya karena kedua orang tuanya hanya bertindak manis dan penuh kasih sayang pada kedua adik kandungnya saja. Tapi Dita sama seperti Ratna. Mereka berdua benar-benar begitu dewasa dalam menghadapi semuanya satu per satu.
Dita tak pernah menganggap Ira dan Rini sebagai musuhnya. Sama seperti Ratna pada Ranisya adik kandungnya sendiri.
“Sayang, main sama Mama yuk di taman?” Tungkas sang Mama yang tiba-tiba ada di ambang pintu kamar Dita.
“Yahhh Mama. Aku kan maunya main sama kakak Dit” Ujar Ira dengan nada lemasnya.
Dita menatap wajah Mamanya yang terlihat sangat sangar memang. Mamanya memberi kode berupa perintah agar Dita segera bergegas pergi ke dapur untuk masak.