🕊️🐀🐁🕊️
"Mimpi apalagi ini? Kenapa seperti nyata begini ya Rabb?" Tanya Ratna dengan nafas tersengal-sengal di tempat sholat.
Dia melihat sekelilingnya. "Tempat sholat? Apa aku ketiduran lagi ya selepas sholat tahajjud. Udah adzan subuh lagi"
Ratna langsung bangkit dari duduknya. Merapikan alat sholatnya. Lalu dia bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan berwudhu. Lagipula, selepas sholat dia harus segera turun ke dapur dan membuat sarapan.
Setelah selesai sholat, dia bergegas turun ke dapur untuk membuat sarapan. Setelah selesai, dia bergegas pergi ke kamar mandi untuk mencuci pakaian kotor. Dua aktivitas itu bisa selesai sampai pukul 05:30.
Setelah itu Ratna kembali ke kamarnya. Dia bergegas memakai seragam sekolahnya. Sekitar 20 menit, Ratna sudah tampil rapi dengan seragam sekolah putih polos berbalut almamater khas sekolah yang berwarna biru navy dan rok panjang rempel berwarna biru navy. Sepatu cats hitam polos, kaos kaki putih pendek polos dan tidak lupa dengan hijab putih polosnya.
Tak lupa, dia memakai perhiasan kecil seperti jam tangan berwarna biru navy kesayanganya. Dengan bross khas miliknya sebagai penghias kerudung yang dia pakai. Sungguh sangat cantik bak bidadari.
Setelah rapi, dia bergegas ke ruang makan untuk menyiapkan sarapan yang sudah dia buat sedari pagi tadi. Memang biasanya Ratna yang selalu menyiapkan sarapan. Ratna selalu melarang Mamanya melakukan pekerjaan rumah apapun jika masih ada dirinya di rumah.
Selesai menyiapkan sarapan, Ratna bergegas pergi ke halaman belakang untuk menjemur pakaian. Setelah selesai semuanya, dia bergegas pergi ke ruang sarapan. Ternyata di sana sudah ada Ayah, Mama, Ernaisya dan Ranisya adiknya.
"Kamu habis dari mana dulu sayang?" Tanya sang Mama.
"Anna habis jemur pakaian Ma" Balas Ratna sambil tersenyum simpul.
"Masya Allah rajinnya puteri Mama"
"Carmuk" Desis Ernaisya pelan namun semuanya masih bisa mendengar dengan sangat jelas. Anggota keluarga yang lain menatap tajam ke arah Ernaisya seketika. Tapi tidak dengan Ratna.
Ratna hanya berpura-pura tidak mendengarnya sambil tersenyum simpul. Padahal, jauh di lubuk hatinya. Ratna begitu terluka setiap hari oleh perkataan dan perbuatan kakak kandung perempuannya sendiri sejak kecil.