🕊️🐀🐁🕊️
Penuh keraguan saat Nina hendak memberikan formulir itu pada Ratna. Tangannya saja sampai bergetar hebat. Ratna sampai ingin tertawa melihat orang yang gugup seperti itu jika berhadapan dengan dirinya.
Tapi sayangnya, bibirnya saja sangat sulit mengukir senyum. Bagaimana mungkin dia bisa tertawa? Mustahil bukan.
“Ini dek” Ucap Nina mengulurkan formulir itu dengan tangan yang sedikit gemetar.
“Thank’s” Balasnya sambil meraih formulir itu.
Huh, akhirnya. Bisa lega juga dada gue.
Batin Nina.
Lihat aku udah kayak lihat setan aja nih orang.
Batin Ratna.
“Oke, sekarang kalian bisa isi biodata kalian di formulir itu” Ucap Tiara dengan lantang.
“Bagi kalian yang berminat gabung sama kita. Diharapkan setelah bel pulang berbunyi, kalian bisa kumpul sebentar di ruang kelas XI’IPA 1. Karena ruang Osis sedang di renovasi” Ucap Nina.
Menyebalkan. Kenapa harus di kelas itu sih. Kayak tak ada tempat lain aja. Mimpi semalam petunjuk apalagi ya. Raihan? Siapa Raihan? Apa cowok itu beneran namanya Raihan.
Batin Ratna sedikit kesal mendengarnya. Terlebih lagi dia jadi teringat dengan pria di mimpinya semalam.
“Iya kakkkk” Teriak semuanya, terkecuali Ratna.
Di satu sisi, dia ada janji untuk bicara empat mata dengan Lusi saat pulang sekolah. Di sisi lain, dia harus ikut kumpul dengan anggota Osis yang menyebalkan itu. Entahlah, hatinya sangat tidak berminat sedikitpun untuk gabung dalam Organisasi itu.
Kring.... Kring.... Kring....
Bunyi bel istirahat sudah terdengar keras. Semua Siswa berhamburan pergi ke luar untuk beristirahat. Sedangkan Ratna, dia masih nyaman berdiam diri di kelas.
Hingga rasa bosanpun menghantuinya dan rasa lapar mulai mengganggunya. Dia pun melawan egonya dan segera pergi ke kantin sendirian.
Saat berada di dekat kantin, Ratna mendengar perbincangan antara Lusi dan Dita yang melibatkan dirinya. Meski dengan jarak yang terbilang cukup jauh, tapi Ratna bisa tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Pantas saja Dita tak mengajaknya pergi ke kantin bersama. Ternyata dia sedang bersama Lusi.
“Duhh, aku bingung Dit. Aku harus kayak gimana lagi biar si Anna maafin aku?” Keluh Lusi gusar.
“Ya, kamu harus jujur terus minta maaf sama dia. Mau gimana lagi coba? Kamu udah keburu nyemplung ke lahar yang panas sih”
“Kira-kira si Anna bakalan maafin aku gak ya?”