Maitua

intan elsa lantika
Chapter #10

Mama

Berhubung waktu cuti Andreas hanya dua minggu, di hari ketiga cutinya ini, Andreas langsung mengajak ku untuk melunasi janji kedua padahal baru saja sampai dari Padang malam tadi. Janji kedua ku, yaitu menemani Andreas berkunjung ke SMA.

Seperti kesepakatan di awal, aku mengajak Andreas ke rumah untuk berkenalan dengan mama terlebih dahulu.

"Halo, hari ini jadi kan?" tanya ku memastikan melaui sambungan telepon.

"Insya Allah jadi," jawab Andreas.

"Tapi ke rumah dulu ya, kenalan sama mama!" pinta ku.

"Aku agak grogi sih, kalau langsung di suruh kenalan sama mama kamu!" ucap Andreas.

"Nggak apa-apa! Santai aja! Aku udah bilang sama mama kalau kita udah lama dekat," ucap aku menenangkan.

"Beneran nih?" tanya Andreas memastikan.

"Iya, kalau kamu nggak kenalan dulu sama mama, aku nggak bakalan dibolehin pergi sama kamu, mama itu dari dulu larang banget aku jalan sama cowok, sama teman sekelas aja aku diharamkan untuk boncengan!" jelas ku.

"Emang sama aku boleh?" tanya Andreas.

"Feeling aku sih boleh, mama itu suka banget sama cowok berpendidikan! Kan kamu pakai seragam, calon menantu idaman!" jawab ku.

"Ya kali gara-gara seragam langsung jadi mantu idaman!" ujar Andreas.

"Kenyataannya gitu! Semua orang tua pasti bakalan gampang luluh sama cowok berseragam buat dijadiin mantu! Heran juga sih, seharusnya kan bukan calon mantu yang wajib berseragam atau hebat, pastiin aja anak perempuannya layak dulu! Ya kan?" ujar ku sedikit kesal.

"Iya, iya," ucap Andreas santai.

Aku menarik nafas panjang dan tertawa kecil, menyadari aku yang tiba-tiba kesal dan keluar dari topik, tapi Andreas masih bisa santai dan sabar menghadapi aku yang lumayan bawel.

Aku menyadarkan diri, ingat! Andreas tidak tau cerita aku yang dipaksa untuk menikah, bahkan dia tidak tau bahwa dia akan dijadikan alasan untuk menolak perjodohan!

"Jadi rumah kamu dimana? Setengah jam lagi aku jalan," ucap Andreas.

Andreas tidak tau dimana rumah ku? Bukannya waktu SMA dia pernah ngikutin angkot yang aku tumpangi untuk pulang ya? Batin ku.

"Kamu jalan aja, nanti kalo udah dekat simpang Air Hangat, kamu telfon! Biar aku arahin," ucap ku.

"Oke, sampai ketemu nanti ya!" ucap Andreas.

Aku langsung menutup sambungan telepon tanpa menjawab, aku terdiam menatap cermin.

"Apa aku selama ini cuma GR? Andreas nggak pernah ngikutin kamu pulang!" ujar ku pada bayangan ku yang ada di cermin.

Aku menarik nafas panjang, memejamkan mata dan menghembuskan nafas ku dengan cepat.

"Jangan baper! Yang penting kamu lolos dari pernikahan dini!" ucap ku lagi pada bayangan ku.

Aku segera menghilangkan pikiran tentang Andreas, lalu bergegas menuju dapur untuk memberitahu mama bahwa Andreas mau datang ke rumah.

"Ma, Andreas yang anak IPDN itu, dia udah cuti, katanya hari ini mau ke rumah," ucap ku pada mama yang sedang membersihkan dapur.

"Kapan?" tanya mama datar.

"Setengah jam lagi jalan katanya!" jawab ku.

Lihat selengkapnya