"Mama ke Padang dulu ya! Kakak lagi sakit!" ucap mama membangunkan ku.
Aku berusaha menstabilkan diri, "Ha? Kakak kenapa?" tanya ku sambil menyeka mata.
"Cuma demam! Atau kamu mau ikut?" mama menawari ku untuk ikut ke Padang, karena memang sudah tidak ada kegiatan di Kerinci dan aku hanya sedang menunggu pengumuman hasil tes tempo hari.
"Mendadak banget, Ma! Lusa, abis pengumuman hasil tes keluar aku susul aja ya?" pinta ku agar tidak ikut ke Padang hari ini.
"Ya udah, kamu baik-baik di rumah! Bentar lagi travelnya datang!" ucap mama.
"Iya, mama hati-hati ya!"
Mama segera berdiri dan berjalan keluar dari kamar ku. Aku tiba-tiba teringat sesuatu dan segera mengejar mama keluar.
"Ma, Ferdi gimana? Mama udah ngomong sama orang tua Ferdi?" tanya ku penasaran bagaimana kelanjutan rencana penolakan Ferdi.
"Udah! Dan mereka juga nggak masalah! Kayaknya Ferdi bakalan diizinkan nikah sama pacarnya!" jawab mama.
"Alhamdulillah," ucap ku lega.
"Aku nggak jadi nikah dong!" lanjut ku menegaskan.
"Ya jadi lah! Nanti tunggu Andreas lulus!" ucap mama sambil segera bergegas pergi.
Aku mengerutkan kening, setelah mendengar ucapan mama. Kok jadi ngebet ke Andreas? Batin ku.
"Intaaan!" suara Cia berteriak masuk ke rumah ku.
"Mau kemana?" tanya Cia sambil menunjuk tumpukan tas yang akan mama bawa ke Padang.
"Kamu udah mau berangkat kuliah?" lanjut Cia.
"Belum! Itu mama mau jenguk kak Sovi sakit!" jawab ku.
"Oh," ucap Cia mengangguk.
Terdengar suara mobil memasuki halaman rumah ku.
"Itu travel nya udah dateng! Mama pergi dulu ya! Jaga diri baik-baik!" ujar mama.
"Bantu jagain Intan ya, Cia! Jangan sampai pacaran terus sama Andreas!" lanjut mama meminta bantuan Cia.