Aku membuka file yang berisikan nama-nama peserta ujian sipenmaru yang dinyatakan lulus sebagai mahasiswi Kebidanan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang. Aku membaca dengan sangat cermat tanpa terlewat satu nama pun. Dan ternyata di deretan nama-nama itu terselip nama ku.
"Aku lulus!" teriak ku.
Suasana hening sesaat, aku melihat seisi rumah ku yang sangat sepi, tidak terlihat satu orang pun. Aku segera berlari ke kamar kakek, ternyata kakek sedang pergi jalan santai, Nugraha pun juga sedang tidak di rumah karena masih ada kegiatan di sekolah, mama masih di Padang dan yang ada di rumah sekarang hanya nenek. Aku memutuskan untuk tidak mengatakan pada nenek bahwa aku lulus. Karena aku sudah tau, nenek tidak akan senang!
Aku berusaha menghubungi mama, namun sudah tiga panggilan, mama tidak mengangkat telepon ku. Selanjutnya aku menghubungi nomor kak Sovi, dan untungnya langsung diangkat.
"Halo kak! Aku lulus!" ucap ku girang.
"Wah, selamat!" jawab kak Sovi dengan suara serak.
"Kakak masih sakit ya?" tanya ku.
"Iya, masih!" jawab kak Sovi singkat.
"Ma, Intan lulus!" terdengar suara kak Sovi menyampaikan kabar kelulusan ku pada mama.
"Kalau bisa, nanti malam langsung ke Padang aja! Bawa baju dan barang seadanya dulu! Kan barang-barang bisa nyusul!" terdengar suara mama samar.
"Mama bilang kamu ke Padang nanti malam aja ya?" ujar kak Sovi melanjutkan perintah mama.
"Insya Allah iya kak," jawab ku langsung menurut.
Kak Sovi batuk beberapa kali, "Ya udah, sampai ketemu besok ya!" ucap kak Sovi dengan suara yang masih serak.
"Iya kak, kakak harus cepat sembuh ya!" ucap ku menyemangati kak Sovi.
Kak Sovi memang memiliki fisik yang lemah, sedari kecil ia sudah sering sakit dan memiliki kelainan di kulitnya. Jadi, saat mereka tidak terlalu bersemangat akan kelulusan ku, tidak membuat ku sedih, aku malah lebih memikirkan keadaan kak Sovi, apa dia baik-baik saja?
Tapi bagaimana pun juga, kelulusan ini tetap menjadi hal yang sangat ingin aku rayakan, karena ini adalah kali pertama aku memperjuangkan sesuatu sekuat ini.
Aku memikirkan seseorang yang sepertinya boleh ku ajak untuk merayakan kelulusan ku, Andreas!
Belum sempat aku menghubungi Andreas, tiba-tiba hp ku berdering dan ternyata telepon dari Andreas.
"Panjang umur!" gumam ku.
Aku segera menekan tombol hijau di layar hp.
"Assalamu'alaikum!" ucap ku dengan semangat dan bahagia.
"Wa'alaikumsalam," jawab Andreas.
"Ada yang lagi bahagia nih kayaknya!" lanjut Andreas.
"Iya dong!" ucap ku.
"Aku lulus!" lanjut ku sedikit berteriak.
"Lulus? Aduuuuh!" ucap Andreas, namun dengan suara yang tetap bersemangat.
"Kok aduh? Kayaknya emang nggak ada yang suka aku lulus!" ucap ku drama.
"Aku cuma belum siap kangen kamu! Bukan nggak suka!" ujar Andreas.
"Jadi nggak diucapin selamat nih?" tanya ku.