Maitua

intan elsa lantika
Chapter #15

Mandiri, Mahasiswa Kemana-mana Sendiri

"Kamu yakin bisa sendirian?" tanya kak Sovi.

"Iya! Keluar dari kos ini, jalan ke arah kiri, lurus terus sampai mentok belok kiri lagi, lurus terus sampai simpang, naik angkot warna apa aja sampai ke pasar, di pasar naik angkot warna biru muda, bilang mau ke Poltekkes! Bener kan?" aku mengulangi menjelaskan rute yang sudah ditunjukkan oleh kak Sovi.

"Bener! Tapi kakak temenin aja, Yuk!" tawar kak Sovi.

"Kamu masih pemulihan! Nggak apa-apa Intan sendiri dulu, itu dia sudah hapal rute nya! Nanti telepon aja kalau bingung!" tegur mama.

"Iya, kakak istirahat dulu aja! Aku bisa kok!" aku berusaha meyakinkan kak Sovi.

"Ya udah, kamu bawa headset kan? Kita teleponan sampai kamu bener-bener udah masuk ke Poltekkes! Kalo ada yang gangguin kamu di jalan, jangan di ladenin!" kak Sovi memperingatkan ku.

"Iya, Kak!" ucap ku santai.

Aku segera keluar dan langsung menyusuri jalan. Aku berusaha menutupi silau sinar matahari dengan mengangkat tangan di depan mata ku.

"Luar biasa panas kota Padang!" gumam ku.

Bagi ku yang lahir dan besar di Kerinci, suhu ini sudah menjadi suhu paling panas yang pernah aku rasakan sepanjang hidup. Aku terus berjalan melawan terik matahari dengan berusaha tetap semangat.

"Tau panas gini, mending bawa payung!" gumam ku sambil berusaha mempercepat langkah.

Aku memberhentikan angkot yang berwarna hijau, "Ke pasar Raya, Pak?" tanya ku memastikan sebelum masuk ke dalam angkot.

"Ya! Pasar Raya!" jawab supir angkot singkat.

Aku segera naik dan aku memilih duduk di dekat pintu agar bisa terkena angin dan bisa merasa sedikit sejuk.

Saat angkot berhenti di lampu merah, aku memperhatikan pemuda yang sedang mengamen. Aku segera memberikan uang seribu rupiah pada pemuda itu sambil mata ku memperhatikan detik jam yang ada di tangan ku.

Saat angkot mulai berjalan lagi karena lampu traffic light sudah kembali hijau, aku berhenti memperhatikan jam tangan.

"Tiga menit!" gumam ku.

Aku menghitung berapa lama durasi lampu merah di traffic light yang barusan ku lewati.

Yang aku pikirkan adalah, jika lampu merah memiliki durasi 3 menit dan lampu hijau memiliki durasi 1 menit, maka dalam satu jam terjadi 15 kali lampu merah.

Jika satu kali lampu merah pemuda tadi hanya mendapatkan Rp. 1000, maka dalam satu jam dia berkemungkinan mendapatkan Rp. 15.000.

Jika dia mengamen di lampu merah paling tidak selama enam jam dalam sehari, dia berkemungkinan mendapatkan Rp. 90.000 dalam sehari.

Dan Rp. 90.000 dikalikan tiga puluh hari, dia akan mendapatkan setidaknya Rp. 2.700.000 dalam sebulan!

Itu jika dia hanya dapat seribu rupiah setiap kali lampu merah. Sedangkan tadi di angkot setidaknya dia dapat tiga ribu rupiah! Jadi kemungkinan pendapatannya bisa mencapai Rp. 8.100.000! Waw! Batin ku.

Lihat selengkapnya