Maitua

intan elsa lantika
Chapter #16

Ospek

Hari ini adalah hari pertama ospek, aku dan semua mahasiswa baru harus mengikuti serangkaian kegiatan di bawah sinar matahari yang menyengat dipimpin oleh anggota TNI yang telah ditunjuk sebagai pembimbing. Kami semua berkumpul di lapangan, di mana kami akan menjalani berbagai latihan fisik dan pembelajaran tentang disiplin.

Seorang anggota TNI dengan tegas memulai kegiatan dengan briefing, "Selamat pagi, adik-adik mahasiswa! Kami di sini untuk membantu kalian membangun semangat dan ketahanan. Ingat, panas ini adalah bagian dari tantangan yang harus kalian hadapi."

Kami semua mulai melaksanakan latihan fisik seperti push-up, sit-up, dan lari keliling lapangan. Kami berusaha keras untuk mengikuti instruksi sang Kapten meski kepanasan dan kelelahan mulai terasa.

"Ingatlah bahwa semua ini untuk melatih ketahanan kalian, baik fisik maupun mental," teriak salah satu anggota TNI.

Kuliah kesehatan kok malah ada latihan militer gini sih? Batin ku sambil melakukan kegiatan dengan sangat terpaksa.

"Pengen jadi pengusaha, malah kuliahnya kesehatan, tapi latihannya militer!" gumam ku komat kamit sendiri.

"Hey! Kau itu! Dongkol?" tanya salah satu anggota TNI sambil berteriak dan menunjuk ke arah ku.

Aku sangat kaget, "Siap salah, Pak!" jawab ku sigap.

"Kepanasan kau?" tanya anggota TNI itu lagi.

"Siap salah, Pak," jawab ku lagi.

"Kau lari satu putaran!" perintah anggota TNI.

Aku segera mematuhi perintah dan berlari mengelilingi lapangan dengan mengerahkan seluruh sisa tenaga ku.

Walaupun menjalani ini serasa tersiksa, tapi aku selalu berusaha menyadarkan diri ku untuk tidak boleh menyerah. Karena, aku sendiri yang menginginkan bangku perkuliahan, dan aku juga yang memilih jurusan pelarian ini, agar tidak dipaksa menikah selama kuliah.

Setelah sesi ospek bersama TNI, selanjutnya kami diserahkan pada senior. Ternyata, sesi ospek dengan senior jauh lebih menyeramkan dibanding dengan anggota TNI tadi. Walaupun tidak ada kegiatan fisik, tapi tekanannya jauh lebih besar dan ketakutan jauh lebih terasa.

"Jadi untuk besok, kita sudah ospek di jurusan masing-masing! Untuk mahasiswi kebidanan, harap memisahkan diri dulu!" perintah salah seorang senior.

Aku mulai bergerak memisahkan diri dan kami membuat barisan baru yang menjauh dari dari jurusan lainnya.

Aku menatap senyum-senyum penuh ancaman dari para senior yang mulai mengelilingi kami.

"Kalian semua kebidanan?" tanya salah satu senior sambil mondar mandir di depan kami.

"Jawab!" teriaknya lagi.

"Iya," jawab kami pelan dan tidak kompak.

"Apaan? Nggak kompak!" teriak senior itu pada kami.

"Peraturan pertama! Ngomong harus ada ujungnya! Buk, Pak, Kak atau Kawan! Sesuaikan dengan siapa lawan bicara kalian!" jelas senior itu.

"Kalian jurusan kebidanan?" tanya senior dengan lebih tegas.

"Iya, Kak," jawab kami dengan kompak.

"Kampus kita akan terpisah! Bukan disini! Kampus kita khusus hanya untuk jurusan kebidanan, dan nantinya sehari-hari kita tidak akan ada laki-laki!" ucap senior itu menjelaskan.

"Peraturan kedua yang harus kalian ingat, 5S! Senyum, sapa, salam, sopan, santun! Nggak ada sok cantik! Paham?" jelas senior itu semakin tegas.

Lihat selengkapnya