Maitua

intan elsa lantika
Chapter #17

Kota Padang

Setelah membeli perlengkapan yang aku butuhkan untuk ospek besok, kami tidak langsung pulang. Andreas memacu motornya mengelilingi Kota Padang, aku terpukau menikmati kota ini saat menjelajahinya dengan sepeda motor. Sebelumnya aku hanya menaiki angkot dan tidak bisa fokus melihat pemandangan Kota Padang.

Bagi ku yang berasal dari negeri kecil di kaki gunung, Kota Padang adalah kota yang megah dan indah, tata kota yang rapi dan masih banyak pohon rindang di beberapa ruas jalannya. Kota Padang terkenal dengan wisata alam, legenda dan kulinernya. Selain itu, kota ini juga menjadi pusat ekonomi yang vital, dengan sejumlah perusahaan dan pusat bisnis yang beroperasi di sini.

Tanpa ku sadari, aku mulai lupa dengan kelelahan ku saat menjalani ospek tadi, wajah ku sudah tidak terasa panas lagi. Aku mulai tidak peduli dengan penampilan yang tadinya ku anggap kumal dan jelek. Aku hanya terpesona dengan pemandangan kota yang mulai di hiasi warna jingga langit sore.

"Nggak apa-apa kita pulang telat?" tanya Andreas.

"Cari tempat berhenti dulu! Aku kabarin kak Sovi!" ucap ku.

Andreas berhenti di pinggir pantai Padang.

"Telepon mama aja!" pinta Andreas.

"Mama udah pulang kemarin, kakek sakit!" ujar ku sambil mulai menelpon kak Sovi.

"Halo, Kak, aku pulang telat ya, tadi lagi beli perlengkapan untuk ospek besok," ujar ku izin pada kak Sovi.

"Sekarang langsung pulang ya! Jangan naik angkot malam-malam!" jawab kak Sovi.

"Aku sama Andreas, Kak! Naik motor," ujar ku pelan.

"Andreas?" tanya kak Sovi heran.

"Iya, Kak! Nanti sampai kos aku jelasin!" ucap ku menjelaskan.

Andreas memberi kode bahwa dia mau bicara.

Aku segera memberikan hp pada Andreas.

"Halo, Assalamu'alaikum, Kak! Ini Andreas," ucap Andreas lembut.

"Iya! Andre bantuin Intan cari perlengkapan untuk ospek besok, kak! Kemarin di Kerinci juga udah ke rumah ketemu mama!" jelas Andreas.

"Iya kak, yang IPDN!" lanjut Andreas berbicara.

"Izin ajak Intan makan dulu sebentar, boleh, Kak?" tanya Andreas.

Aku tidak bisa mendengar apa yang kak Sovi katakan, Andreas mendengarkan cukup lama apa yang kak Sovi sampaikan.

"Baik, Kak! Insya Allah, aman!" ujar Andreas lagi sambil tersenyum.

"Wa'alaikumsalam!" Andreas menjawab salam lalu menutup telepon.

Aku menatap Andreas, "Gimana? Aman?" tanya ku penasaran.

"Aman lah! Yuk, cari makan!" ucap Andreas sambil tersenyum menatap ku.

"Wah, luar biasa identitas IPDN! Bisa langsung boleh semua!" ujar ku terheran karena Andreas langsung berhasil dapat izin dari kak Sovi, padahal sebelumnya kak Sovi termasuk orang yang agak susah dalam hal mengizinkan ku pergi dengan laki-laki.

"Kuncinya ada di, sopan!" ucap Andreas tegas.

"Gimana kita? Makan dimana?" lanjut Andreas.

Lihat selengkapnya