Aku menjalani kegiatan Ospek dengan sangat lesu, beberapa kali aku dimarahi oleh senior karena tidak fokus dan melakukan kegiatan dengan asal-asalan.
Aku berusaha sekuat tenaga agar tidak bermasalah dengan siapapun, karena mood ku banar-benar sedang tidak baik. Aku hanya memaksakan diri untuk mengikuti apapun perintah senior dan hanya menunggu hari ini berakhir.
Saat sedang jam istirahat, aku dan teman-teman sekelas ku memilih untuk bersantai di kelas. Karena memang sebagai junior, kami belum berani ke kantin dan duduk di pandopo yang ada di depan kelas, karena takut pada senior.
"Aduh hp ku mati lagi!" ucap Gea menggerutu.
"Kamu bawa hp nggak? Pinjem, mau nelfon mama," tanya Gea pada ku.
Aku menggeleng sambil merebahkan kepala di meja bangku perkuliahan, "Nggak bawa hp!" ucap ku pelan.
Gea langsung beranjak untuk mengecas hpnya di depan kelas, lalu tiba-tiba empat orang senior masuk ke kelas kami dan marah-marah. Mereka marah karena mendengar ada suara tertawa yang kencang dari arah kelas kami.
"Siapa yang ketawa kenceng banget, barusan?" tanya senior itu dengan mata besar dan ekspresi yang sangat mengesalkan.
Seisi ruangan terdiam, tidak ada satu pun dari kami yang merasa tertawa dengan kencang dari tadi, apalagi aku yang sedari pagi sudah badmood.
Aku hanya diam dan berusaha tidak mengacuhkan apa yang terjadi di depan kelas.
Saat sibuk marah-marah di depan kelas, salah satu senior tidak sengaja menginjak hp Gea dengan tumit sepatunya yang keras dan runcing.
"Krack!" suara LCD hp Gea remuk.
"Hp siapa ini?" tanya senior itu kaget.
Gea mengangkat tangannya, "Hp saya kak!" jawab Gea polos.
"Kamu kalo lagi kegiatan, jangan malah cas hp!" ucap senior.
"Tapi kan masih jam istirahat kak," jawab Gea polos.
"Tetap aja! Kamu yang salah kenapa taruh hp di lantai," ucap senior itu lagi.
"Nih hp kamu," senior itu mengulurkan hp Gea yang LCD nya sudah retak.
"Jangan ada yang berani ngadu ke dosen ya!" ujar senior itu sambil melangkah hendak pergi dari kelas.
Aku yang merasa kesal dan jengkel, tiba-tiba berdiri, "Nggak bisa!" ucap ku dengan lantang dan tegas.
Beberapa teman ku menarik tubuh ku agar kembali duduk.
"Nggak apa-apa Intan, nggak usah di perpanjang," ucap Gea menahan marah.
"Nggak bisa!" ucap ku lagi.
"Kesalahan yang dibiarkan, akan berulang! Suatu kesesatan jika diulang-ulang, lama-lama akan dianggap sebagai kebenaran! Senior menindas junior akan di maklumi!" lanjut ku menatap Gea.
Semua teman ku di kelas terdiam.
"Izin senior! Ganti, atau kita selesaikan di ruang dosen?" tanya Gea pelan.
Senior itu terlihat sangat kesal namun tidak mengelak, ia segera mendekat pada Gea dan menanyakan harga yang harus dia bayar.
Kami melanjutkan kegiatan ospek seperti biasa, namun aku masih banyak diam hingga kegiatan selesai dan kami dipulangkan.
Saat keluar gerbang, aku melihat ke kiri dan ke kanan, untuk memastikan apakah ada Andreas atau tidak. Tapi sepertinya tidak ada, karena aku juga tidak memberi tau Andreas bahwa kampus kebidanan terpisah cukup jauh dari kampus utama. Jadi, jika dia mencari ku, kemungkinan besar dia akan ke kampus utama.
Setelah solat maghrib aku masih belum mengaktifkan hp ku, aku hanya tiduran sambil membaca buku.
"Ada Andreas di luar!" ucap kak Sovi saat masuk ke kamar sepulangnya dari kampus.