Aku kembali hidup di dunia nyata, dimana aku harus berjuang sendiri lagi, aku harus kemana-mana sendiri dan aku harus bisa mengurus semua urusan ku sendiri. Andreas sudah kembali ke kampus IPDN, kak Sovi mulai sibuk dengan persiapan wisudanya, dan mama harus fokus mengurus nenek dan kakek yang sudah mulai sakit-sakitan.
Keadaan ini memaksa ku untuk benar-benar mandiri, aku belajar berhemat agar biaya kuliah ku tidak memberatkan mama, aku harus belajar menahan keinginan dan hidup apa adanya tanpa bisa ikut trend dikalangan teman-teman, aku tidak pernah pergi jalan-jalan atau nongkrong di luar jam kuliah, dan yang terpenting aku belajar kuat untuk bertahan di jurusan kebidanan yang sebenarnya menjadi pelarian, lebih lagi karena sempat melawan senior sebelumnya, jadi tahun pertama ku disini akan terasa berat karena pasti akan dijadikan perhatian oleh para senior.
Aku memulai perkuliahan dengan memaksakan semangat baru, aku tidak mau gagal walaupun sebelumnya aku tidak punya mimpi berkuliah di jurusan ini. Dengan berbagai kekurangan, aku tetap menjalani perkuliahan dengan kemampuan terbaik ku, hingga Indeks prestasi di semester pertama ku mencapai 3,7.
"Aku juara tiga di kelas, Ma!" ucap ku penuh semangat.
"Wah, selamat!" ucap mama.
"Aku nggak pernah nyontek atau curang loh kalo ujian! Nilainya benar-benar 100% isi otak aku!" ujar ku bangga.
"Mau hadiah apa?" tanya mama.
"Hadiah?" tanya ku kaget.
"Mama mau kasih aku hadiah?" lanjut ku.
Mama mengangguk,
"Hmm, apa ya? Apapun yang mama kasih aku terima!" ujar ku, karena menurut ku dengan mama bahagia saja aku sudah sangat senang dan merasa perjuangan ku tidak sia-sia.
"Mama punya sesuatu," ucap mama sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam tas.
Mata ku membulat dan mulut ku menganga, saat melihat mama mengeluarkan box hp keluaran terbaru.
"Haa? Hp baru?" tanya ku kegirangan.
Mama mengulurkan hp itu dan aku segera membukanya.
"Makasih Mama! Kok mama udah nyiapin hadiah aja?" tanya ku sambil mengecek hp baru ku.
"Kak Sovi yang kasih tau!" ujar mama.