Aku menatap kagum gerbang megah yang memiliki pilar yang besar dan tinggi, berbentuk piramida namun di bagi menjadi empat bagian, di tengah pilar bagian kanan ada patung praja putra, dan di tengah pilar bagian kiri ada patung praja putri. Patung-patung itu juga sangat besar, menambah kesan megah menjadi berkali-kali lipat. Andreas selama ini menyebut tempat ini "Kesatriaan," bukan kampus. Dan sekarang aku paham kenapa tempat kuliah Andreas menjadi tempat yang diimpikan banyak orang. Hanya dengan melihat gerbangnya saja aku merasa merinding, dan penasaran bagaimana megahnya di dalam sana.
Sirine motor patwal polisi terdengar bergantian melewati jalan dua jalur yang ada di depan IPDN, motor-motor itu lewat berkali-kali dan ada sangat banyak. Aku heran, kenapa ada banyak sekali motor patwal polisi? Ternyata motor-motor itu sedang mensterilkan jalanan. Tidak lama kemudian, dari kejauhan terlihat barisan mobil yang diawali dengan mobil patwal polisi, dan mobil-mobil itu hendak memasuki gerbang IPDN. Aku kembali merasakan kekaguman yang luar biasa saat melihat mobil dinas dengan plat yang bertuliskan INDONESIA 1.
"Pak Presiden!" ucap ku sambil menepuk pundak Nugraha dan Nana adik bungsu Andreas.
Kami beranjak mendekat ke gerbang untuk melihat lebih dekat mobil pak Presiden yang hendak lewat. Barisan mobil itu memelan dan berbelok satu persatu melewati gerbang megah IPDN, kami menantikan mobil berplat INDONESIA 1 lewat di depan kami, saat mobil pak presiden lewat, kami melihat ternyata jendela mobil pak Presiden terbuka lebar, aku, Nugraha, Nana, dua orang tante Andreas dan banyak orang lain melambai dengan semangat ke arah pak Presiden, dan dengan penuh kerendahan hati, pak Presiden membalas lambaian tangan kami sambil tersenyum.
Pak Presiden datang untuk melantik Andreas dan praja lainnya yang sudah resmi menjadi Purna Praja IPDN, selama proses pelantikan kami dilarang masuk, yang boleh masuk hanya kedua orang tua praja yang dilantik. Dan setelah kegiatan pelantikan selesai, barulah kami di perbolehkan masuk kedalam kampus IPDN.
Aku semakin kagum seketika masuk ke dalam gerbang IPDN, pohon dan rumputnya tertata dengan sangat rapi, jarak dari gerbang hingga sampai ke lapangannya pun cukup jauh, namun kami tetap berjalan karena memang tidak boleh naik kendaraan.
Sesampainya di lapangan yang disebut lapangan parade, aku terus fokus untuk mencari keberadaan Andreas diantara keramaian. Dari kejauhan aku melihat Andreas bersama papa dan ibunya sedang menunggu di dekat tiang bendera. Kami segera menghampiri Andreas, kami memberikan selamat dan menyempatkan untuk berfoto bersama dengan keluarga besar Andreas. Tidak lupa juga aku menyempatkan berfoto berdua dengan Andreas.
"Selamat ya, kamu berhasil melewati semuanya!" ucap ku setelah berfoto dengan Andreas.
Andreas menatap ku sambil tersenyum.
"Terimakasih udah ngasih semangat dan nemenin aku tiap malam, I'm Yours!" ucap Andreas tulus.
Setelah acara pelantikan Andreas, malamnya aku pergi mencari oleh-oleh untuk teman-teman kampus ku ditemani oleh Andreas. Aku memilih untuk membeli gantungan kunci bergambar karakter praja, gantungan kunci khas IPDN.
Setelah membeli gantungan kunci, kami tidak langsung pulang. Tapi kami duduk dulu di depan gerbang kampus IPDN untuk menikmati suasana malam Jatinangor, kecamatan kecil yang sangat padat oleh mahasiswa. Bagaimana tidak, dalam satu kecamatan ini ada empat kampus berjejer bersebelahan, yaitu IPDN, IKOPIN, ITB dan UNPAD.
Aku menatap bangunan apartemen yang sangat tinggi, berdiri megah tepat di depan gerbang IPDN.
"Ada berapa lantai apartemen ini?" tanya ku dengan tatapan yang tidak lepas dari puncak gedung ini.
"Perlu aku hitungin?" tanya Andreas sambil tertawa kecil.
Tanpa menunggu Andreas menghitung, aku sudah lebih dulu menghitung lantai yang ada di apartemen itu.