Maitua

intan elsa lantika
Chapter #29

Proposal Usaha

Di sebuah cafe yang menghadap tepat ke gunung Kerinci, aku dan Andreas menikmati mie rebus sambil menatap puncak gunung gagah yang menjulang dengan megah di ujung hamparan kebun teh, seperti raksasa berbalut selimut hijau. Puncaknya, yang tertutup awan, mencuat ke langit biru, bagaikan jari raksasa yang sedang menyentuh langit.

Aku menghirup udara segar yang membawa aroma tanah basah dan dedaunan. Udara di sini seperti bisikan dingin yang menusuk hingga ke tulang, memeluk setiap jengkal tubuh dengan pelukan beku. Setiap tarikan napas terasa berat dan segar, mengisi paru-paru dengan rasa dingin yang bersih dan menusuk.

Aku mendekap jaket ku lebih erat, lalu menyeruput mie hangat yang kontras dengan dinginnya udara, aroma kaldu yang mengepul dari mangkuk mie rebus benar-benar menjadi sesuatu yang menggugah selera.

"Ehm, enak banget!" gumam ku sambil merasakan kenyalnya mie berpadu dengan kuah gurih.

"Mau dimanapun, seleranya tetap sama ya? Mie rebus!" ujar Andreas sambil menatap ku yang sangat menikmati.

Aku tersenyum kecil, "Ya mau gimana lagi, kalo ada yang jual soto Semurup disini, aku bakalan lebih pilih soto Semurup!" jawab ku yang memang seorang penggemar makanan berkuah.

"Eh, tapi soto Semurup buatan mama kamu enak banget loh!" puji Andreas yang sudah merasakan soto Semurup buatan mama.

"Makanya aku pengen banget bikin proposal usaha restoran! Mau jualan soto!" ujar ku yang nekat membuat proposal usaha berbekal ilmu kewirausahaan yang ku pelajari di kampus.

"Gimana proposal usahanya, udah jadi?" tanya Andreas.

"Udah, tapi nama restorannya belum," jawab ku sambil menyeruput mie rebus kembali.

"Loh, kok proposalnya udah siap, tapi nama restorannya belum ada?" tanya Andreas lagi.

"Nama itu, hal yang paling penting dalam membangun brand, kalo istilahnya itu harus yang bisa positioning!" jawab ku.

"Positioning?" tanya Andreas terlihat belum mengerti.

"Strategi pemasaran untuk menempatkan produk atau merek dalam benak konsumen!" jelas ku.

"Jadi kalau bisa, nama itu harus mudah diingat dan bisa tertanam di benak konsumen! Kalo orang mau cari makan, bisa sebut nama brand kita, gitu!" lanjut ku menjelaskan.

"Contohnya positioning itu kayak, air minum kemasan, orang-orang malah sebut aqua! Trus popok bayi, orang-orang malah sebut pampers! Kalo makanan, kayak ayam goreng krispi, orang-orang selalu bilang ayam KFC! Namanya cukup simple dan unik, jadi mudah disebut dan diingat," lanjut ku lagi.

"Selera kita," gumam Andreas pelan, lalu menggeleng.

"Salero Bundo," ucap Andreas dengan pelan lagi, lalu menggeleng lagi.

Lihat selengkapnya