Maitua

intan elsa lantika
Chapter #35

Telepon Lamaran

Aku keluar dari mobil paling pertama dengan penuh semangat, entah karena senang akan melamar kerja, atau karena aku berhasil gagal dijodohkan lagi?

Aku menatap gedung rumah sakit yang memiliki sekitar 15 lantai, aku menatap gedung ini dengan penuh rasa kagum, lalu aku memalingkan pandangan ke sekitar, ada beberapa orang sedang mengenakkan pakaian dinas tenaga kesehatan khas rumah sakit ini. Aku tersenyum menatap seragam yang nantinya akan aku kenakkan jika berhasil masuk kerja di sini.

"Bismillahirrahmanirrahim," ucap mulut ku, dan tangan ku memeluk map berkas lebih erat.

Kak Sovi, bang Fuad dan mama belum juga keluar dari mobil, mereka terlihat sedang mengurusi barang-barang bawaan mereka masing-masing.

Aku kembali menatap gedung rumah sakit ini, namun tiba-tiba handphone ku berdering. Aku menatap layar hp yang menampilkan panggilan dari ibu Andreas.

"Aduh, ada apa ya?" tanya ku pada diri sendiri.

Aku melihat bang Fuad sudah turun dari mobil.

"Bang, ada telfon, boleh Intan angkat sebentar?" aku pamit untuk mengangkat telepon.

"Iya silahkan, abang sama kakak tunggu depan IGD ya!" ucap bang Fuad.

Aku segera menepi untuk berteduh dan mengangkat telepon.

"Halo, Assalamu'alaikum, Bu," jawab ku dengan sopan.

"Wa'alaikumsalam, kakak lagi dimana?" tanya ibu ramah.

"Lagi di Pekanbaru, Bu," jawab ku.

"Abang udah ngabarin soal penempatannya?" tanya Ibu.

"Udah, Bu! Dapat di Kemendagri, dan penempatannya di kampus IPDN ya, Bu? Alhamdulillah nggak terlalu jauh ya," jawab ku.

"Iya, trus gimana rencana kalian selanjutnya?" tanya Ibu.

"Iya, ini Intan mau daftar kerja di rumah sakit di Pekanbaru, mohon do'a ibu semoga Intan lulus dan bisa kerja ya, Bu! Ini lagi mau ngantar berkas-berkasnya, dibantu suami kak Sovi! Untuk bang Andreas, semoga karirnya lancar ya, Bu!" ujar ku menjelaskan.

"Mama dimana?" tanya Ibu.

"Ini ada, ikut nganterin Intan untuk lamar kerja!" jawab ku.

"Ibu mau ngomong sama mama sebentar!" pinta ibu.

Aku segera mendekat pada mama yang menunggu tidak jauh dari ku.

"Ma, ibu Andreas mau ngomong!" ujar ku sambil mengulurkan hp pada mama.

"Kenapa?" tanya mama berbisik.

Aku mengangkat bahu sebagai isyarat aku pun tidak tau kenapa ibu Andreas menelpon.

Mama mengambil hp dan berbicara dengan ibu Andreas.

Aku segera menuju ke tempat kak Sovi dan bang Fuad menunggu.

Lihat selengkapnya