Setelah menikah, aku sempat ikut Andreas ke Jatinangor, namun tidak lama, aku memutuskan kembali ke Kerinci dan Andreas memutuskan untuk pindah ke kampus IPDN regional Sumatera Barat, agar kami bisa dekat dengan papa mertua yang keadaan kesehatan nya semakin menurun. Dan untung saja kami melakukan ini lebih cepat, jadi kami masih bisa ikut merawat papa untuk beberapa waktu, karena tidak lama setelah kepindahan kami, papa pun menghembuskan nafas terakhir.
Setelah tertunda lebih dari satu tahun, dikarenakan kesibukan Andreas dan kehamilan ku. Di pertengahan tahun 2019, aku akhirnya bisa membuat rencana usaha lagi, setelah anak kami berusia empat bulan, dengan bermodalkan tekad yang kuat. Aku mulai merancang rencana menjadikan rumah peninggalan almarhum papa untuk menjadi restoran.
Walau tanpa pengalaman apapun dalam dunia usaha, aku memaksakan diri ku untuk bijak dalam menjemput pengalaman pertama ku sebagai seorang pengusaha. Berbekal ilmu dari mata kuliah kewirausahaan di kampus, dan ilmu dari belajar secara otodidak, aku tetap semangat untuk mewujudkan restoran impian ku.
Dan tentu saja, dalam melakukan ini aku tidak sendiri, karena Andreas sangat mendukung dan merangkul ku, belum lagi support dari mama, ibu, kakek serta keluarga besar kami, semakin menambah semangat ku dalam membangun impian ku ini. Walaupun ucapan dengan nada merendahkan tetap terdengar di telinga ku, tapi hal itu tidak menjadi penghalang untuk ku terus maju dalam mewujudkan mimpi.
Semakin hari, persiapan kami semakin matang. Mulai dari Andreas ikut mengerjakan renovasi beberapa bagian rumah dan menjadikan halaman rumah ku menjadi lahan parkir yang luas, aku dan Andreas sambil membawa serta anak kami membeli perlengkapan restoran di Padang, menyusun menu yang akan kami jual bersama chef andalan yaitu mama dan ibu, dan hingga akhirnya Andreas meninggalkan ku di Kerinci untuk menyelesaikan sentuhan akhir untuk mempercantik tempat ini agar lahir kreasi wisata kuliner yang tidak hanya menggugah selera tetapi juga menciptakan kenangan berharga bagi setiap pengunjung.
Sedari awal, aku memang bertekad untuk menciptakan lebih dari sekadar restoran, aku ingin menciptakan sebuah rumah bagi orang-orang, tempat di mana setiap orang dapat merasakan kehangatan dan kenyamanan, di mana mereka dapat berbagi cerita dan menikmati hidangan yang disiapkan dengan penuh cinta.
Aku mendekorasi setiap sudutnya dengan penuh cinta, agar tempat ini menjadi sangat nyaman, aku menonjolkan hiasan daun dan rumput agar suasananya terkesan asri, aku memasang lampu-lampu cantik agar menambah kesan nyaman, kali ini semua hal yang berhubungan dengan dekorasi mulai ku lakukan sendiri, bahkan aku membuat lukisan dinding sendiri sambil momong anak ku yang masih bayi.
Aku duduk di depan rumah bersama mama, kakek dan anak ku, kami menatap rumah yang kami tinggali sedang akan di tempeli dengan merk besar di tengah-tengah atapnya.
"Ini udah pas?" tanya om Yas, tukang yang sedari awal membantu ku, hingga aku berhasil menghemat budget dalam pembangunan restoran ini.
"Pas, Om!" teriak ku.
Om Yas mulai menempelkan merk itu, hingga tulisan Seliho Kayo yang besar pun terpampang jelas ke arah jalan lintas.
Saat matahari mulai terbenam, kami melihat siluet bangunan yang perlahan-lahan menjadi lebih jelas dalam cahaya senja. Nugraha dari dalam rumah langsung menghidupkan semua lampu dan semua langsung tampak indah dan sempurna.