Maitua

intan elsa lantika
Chapter #38

Sandiaga Uno

"Sayang banget, kamu nggak bisa pulang!" ujar ku murung saat melakukan video call dengan Andreas.

"Tugas negara, Sayang!" jawab Andreas yang sedang mendampingi kegiatan Praja IPDN.

"Liat kamu senang aja, aku udah bahagia banget!" lanjut Andreas membujuk ku.

"Tapi tetap aja ada yang kurang kalo nggak ada kamu!" ucap ku manja.

"Harus semangat dong! Masa aku malah jadi alasan kamu nggak bahagia? Aku mau nya kamu bahagia terus loh! Apalagi ini bisa di bilang kesempatan satu-satunya kamu bisa se eksklusif itu sama pak Sandiaga, manfaatin sebaik mungkin! Berikan pelayanan terbaik!" ujar Andreas menasehati ku.

"Iya lah," jawab ku pelan.

"Senyum dong!" pinta Andreas.

Aku menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya sambil tersenyum.

"Nah, itu kan cantik! Jangan sampai luntur itu yang manis di wajah kamu!" bujuk Andreas.

"Iya," ucap ku geram dan masih tersenyum.

"Pokoknya harus bahagia ya! Semangat! Aku masih ada kegiatan nih! Nanti telepon lagi ya!" ujar Andreas.

"Oke, dada ayah!" ucap ku sambil memperlihatkan anak kami pada Andreas.

"Jagoan ayah! Jagain bunda ya!" ucap Andreas.

Aku duduk dengan perasaan gugup menunggu kabar kedatangan pak Sandiaga Uno. Tidak lama kemudian, om Yanzar menelpon ku dan mengabari bahwa pak Sandiaga Uno sudah landing di Kerinci. Aku dan seisi restoran mulai sibuk menyiapkan persiapan sesuai tugas kami masing-masing.

Beberapa pegawai ku pun terlihat ikut gugup.

"Pokoknya, nanti aku panggil buat foto bareng pak Sandiaga, harus ikut semua ya!" ujar ku pada para pegawai ku.

"Sekarang harus lebih semangat dan lakukan yang terbaik!" lanjut ku menyemangati.

Tidak lama kemudian, terdengar sayup-sayup suara sirine patwal polisi.

Lihat selengkapnya