Maitua

intan elsa lantika
Chapter #32

Menikah

Hari yang ku tunggu datang, 15 Februari 2018, akhirnya kami pilih sebagai hari paling bersejarah dalam memulai kehidupan baru kami. Dengan perasaan gugup, aku memandang cermin yang memantulkan bayangan ku. Aku yang memutuskan untuk merias diri ku sendiri, memastikan kembali riasan ku sudah sesuai dengan keinginan ku. Aku berharap ini menjadi satu-satunya pernikahan yang terjadi di dalam hidup ku, jadi aku benar-benar memastikan aku sudah tampil dengan sempurna.

Setelah yakin dengan penampilan ku, aku berdiri di tengah kamar yang di penuhi dekorasi bunga bernuansa putih dan hijau. Dengan senyum hangat dan mata berbinar, aku menatap lensa kamera yang sudah bersiap mengabadikan momen ini.

"Cantiknya pengantin ni!" ucap salah satu tamu yang memandang ku dari ambang pintu.

Mendengar ucapan itu, sudah pasti aku merasa semakin bahagia dan percaya diri, namun tetap saja perasaan gelisah tidak kunjung hilang, saat aku menatap jam yang ada di dinding sudah menunjukkan pukul sembilan lewat sepuluh menit, namun Andreas dan keluarganya belum juga datang, padahal jika sesuai dengan rencana, akad nikah seharusnya sudah dilakukan pada pukul 08.00 wib.

"Jadi nggak ini nikahnya?" terdengar suara tamu yang berada di luar kamar ku samar-samar bicara.

"Pernah juga ada kasus, acara udah siap tapi mempelai laki-lakinya kabur!" sahut lainnya.

Mendengar itu, kegelisahan ku semakin kacau, aku segera menelpon Andreas, namun tidak kunjung dijawab. Aku duduk dengan hati yang cemas, aku memejamkan mata dan menarik nafas panjang untuk menenangkan diri ku agar tidak terjadi serangan panik.

Melihat aku yang mulai meregang-regangkan tangan ku, Nugraha segera menghampiri ku untuk menenangkan.

"Kak, main mobile legend, yuk!" ajak Nugraha.

"Ha?" aku menatap Nugraha dengan tatapan bingung, bisa-bisanya disaat seperti ini dia ngajakin aku main mobile legend?

"Biar nggak tegang! Bang Andreas pasti datang kok!" ujar Nugraha menenangkan.

"Oke!" ucap ku setuju.

Belum sempat aku memainkan game itu, terdengar suara riuh tamu undangan dari luar.

"Udah datang! Udah datang! Mempelai laki-laki sudah datang!" ujar tamu di luar saling bersahutan.

Seketika hati ku menjadi lega, nafas ku sudah tidak tertahan lagi, namun perasaan gugup semakin bertambah, menantikan detik-detik awal mula kehidupan baru ku sebagai sorang istri.

"Intan sudah siap?" tanya Cia dengan lembut.

Aku mengangguk yakin dan aku segera berjalan bersama Nugraha yang akan menjadi wali nikah ku, menuju meja tempat akan di langsungkan nya akad.

Saat duduk di meja akad, aku menatap wajah Andreas yang benar-benar terlihat gugup, tidak ada sedikit pun senyuman di wajahnya, ia terlihat sangat serius, lalu menjabat tangan Nugraha dengan sangat erat.

"Saya terima nikahnya, Intan Lantika binti Syafrial, dengan mas kawin seperangkat alat solat dibayar tunai!" ucap Andreas dengan lancar.

"Sah!" ucap orang yang menjadi saksi perjanjian ikatan suci kami.

Wajah Andreas langsung berubah, raut kelegaan menghiasi wajah Andreas yang langsung mengangkat tangan untuk ikut berdo'a mengikuti do'a yang di pimpin oleh penghulu.

Selanjutnya, aku dan Andreas dipersilahkan untuk berdiri dan ini lah pertama kali nya kami berdiri berdampingan sebagai suami istri. Andreas menatap ku dengan senyuman dan tatapan hangat. Selanjutnya, kami dipersilakan untuk saling bertukar cincin, simbol dari ikatan yang telah kami buat. Aku dan Andreas saling memandang dengan penuh cinta, dan saat kami bertukar cincin, suasana menjadi semakin penuh makna. Para tamu bersorak dan mengucapkan selamat. Sementara itu, kami segera melangkah menuju pelaminan untuk langsung mengadakan resepsi dengan senyum bahagia.

"Aku punya kado pernikahan buat kamu!" bisik Andreas seketika saat kami duduk di pelaminan.

"Kado?" jawab ku heran.

Lihat selengkapnya