Maitua

intan elsa lantika
Chapter #8

Perjodohan Usai

Aku menatap langit dari balik jendela mobil yang sedang dalam perjalanan menuju kota Padang. Gelapnya langit malam benar-benar pekat, namun saat ini terlihat sangat indah. Langit terhampar dengan pesona yang menakjubkan. Bintang-bintang bertaburan, berkelip-kelip seolah menari memanjakan mata. Bulan, bulat dan cerah, memancarkan sinar lembut yang menyelimuti alam dengan kehangatan. Pepohonan berdiri anggun, siluetnya terlihat jelas di bawah cahaya bulan, daun-daun bergetar lembut, seolah ikut meresapi keindahan malam. Semuanya terasa seolah terhenti dalam waktu, memaksa ku untuk menahan kantuk demi membiarkan jiwa menyelami keheningan dan keindahan Kerinci disaat gelap.

Tapi sebenarnya, bukan hanya keindahan ini yang menahan ku untuk tidak tidur. Namun kegelisahan ku karena memutuskan untuk berangkat sendirian ke Padang dengan modal tekad demi melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri yang bagus. Aku mengawasi seisi travel untuk memastikan aku aman. Di sepanjang perjalanan aku berdo'a untuk meminta banyak hal. Semoga semua orang yang berada satu travel dengan ku semuanya orang baik. Semoga mobil yang membawa ku ini di jaga Allah agar tidak terjadi kecelakaan. Dan semoga aku selamat sampai ke tujuan.

Bagaimana tidak aku merasa was-was, karena keputusan ku ini bukan hal yang disetujui oleh keluarga ku. Aku memaksakan kehendak dan meninggalkan perjodohan begitu saja. Aku memilih untuk mengejar cita-cita ku dan memutuskan untuk pergi tanpa berpamitan bahkan tanpa bertemu dengan Ferdi lagi.

Mata ku mengikuti kemana pun arah bulan tiap mobil berbelok. Untung saja aku tidak mengalami mabuk darat di perjalanan ini dan sekarang semesta seolah sedang menghibur ku dengan pemandangan yang sebelumnya belum pernah ku lihat. Benar-benar terlihat sepeti lukisan yang sangat dramatis, perlahan rasa takut dan rasa was-was ku mulai berkurang, dan mata ku tetap tak berhenti menatap bulan.

Handphone ku berbunyi tiga kali, notifikasi tanda ada pesan yang masuk. Sebelum membuka pesan itu aku melihat jam yang menunjukkan pukul sepuluh kurang lima belas menit. Aku memperhatikan notifikasi, dan ternyata pesan yang masuk itu adalah pesan dari Ferdi.

"Dek, lagi apa?" tulis pesan pertama Ferdi.

"Gimana hasil SNMPTN nya?" isi dari pesan kedua.

"Adek lagi dimana?" penutup pesan, yang merupakan pesan ketiga.

Membaca pesan dari Ferdi seketika aku langsung merasa tidak enak hati. Aku merasa takut mengecewakan nya, padahal aku sadar, diantara kami belum pernah ada cinta, mungkin memang sempat ada sedikit harapan, namun aku yakin, keputusan ku tidak akan membuat nya kecewa yang berlebihan.

Aku terdiam dan masih belum membalas pesan dari Ferdi. Aku berfikir sejenak, masih perlukah aku membalas pesan Ferdi? Sedangkan aku sudah memutuskan untuk tidak menikah sekarang, aku ingin menggapai cita-cita ku terlebih dahulu.

Aku memejamkan mata untuk memaksakan diri ku untuk tidur. Rasanya sudah lebih dari dua puluh menit aku memejamkan mata, namun aku tetap belum terlelap. Aku mendengar handphone ku berdering karena ada telepon yang masuk. Aku yakin sekali telepon itu dari Ferdi, aku berpura-pura tetap tertidur dan membiarkan hp ku berbunyi.

Namun setelah telepon pertama berhenti, hp ku berdering lagi. Karena tidak enak suara hp ku akan menggangu penumpang lain, aku memaksakan diri untuk mengambil hp yang ku letakan di dalam tas.

Lihat selengkapnya