"Gimana sih? Masa cuma aku sama Intan doang yang berhasil jualin barang kita? Kalian berdua ngapain aja?" bentak Goldies pada Gea dan Tiwi.
"Yang ngajakin buka usaha ini kan Intan, yang semangat kamu! Kita mah ngikut aja!" ujar Tiwi membela diri.
"Iya, tau! Tapi kalo gini terus ya aku sama Intan capek juga jualan," keluh Goldies.
"Trus kamu mau nya apa?" tanya Tiwi mulai kesal.
"Udahan aja!" ucap Goldies tegas.
"Masa udahan aja?" tanya Gea polos.
"Intan aja nggak protes, padahal penjualan dia yang paling tinggi!" lanjut Gea.
Aku paham kenapa Gea dan Tiwi belum mau berhenti, karena memang penghasilan kami lumayan membantu untuk uang saku dan kebutuhan kosmetik kami. Apalagi Tiwi dan Gea pasti hanya merasakan senangnya menerima keuntungan saja, karena sebanyak apapun yang aku dan Goldies hasilkan mereka akan selalu dapat bagian dari keuntungannya, secara tidak langsung mereka sudah punya pasive income.
Sedangkan aku dan Goldies? Sudah pasti selain dapat keuntungan, kami juga merasakan capek nya mencari uang. Secara langsung kami punya active income.
Secara prinsip bisnis memang tidak adil karena kami mengeluarkan modal yang sama besar.
"Dia nya aja yang nggak enakan! Dalam bisnis nggak boleh baper! Bisnis keras bos!" ucap Goldies.
"Ya terserah kamu, atau kamu aja yang keluar kalo kamu ngerasa capek," pinta Tiwi.
Goldies terdiam sejenak, ia menatap ku yang sedari tadi diam, tidak berpendapat sepatah kata pun, "Kalo nggak mau udahan, balikin modal aku sama Intan! Biar sistemnya, kalian modal, aku sama Intan yang jualan! Hasilnya bagi rata! Biar adil!" ujar Goldies.
"Nggak!" Protes Tiwi.
Melihat Tiwi dan Goldies yang semakin memanas, aku berpikir lebih keras untuk memutuskan ini, karena memang sedari awal, ini adalah ide ku bersama Goldies, tidak mungkin malah Goldies yang harus keluar dari bisnis ini, karena Goldies pun sangat berpengaruh dalam penjualan.
Jika Goldies berhenti, aku juga akan kewalahan untuk mengejar penjualan sendirian. Sedangkan memang Tiwi dan Gea tidak terlalu pandai dalam berjualan.
Dan kami juga mulai tidak kompak karena memang sudah lebih banyak praktek di lapangan, jadi kalau harus membawa jualan ke tempat dinas memang terasa berat jika jiwa usahanya tidak terlalu tinggi.
Menimbang kedepannya kami akan jauh lebih sibuk dengan praktek lapangan dan mencari pasien untuk kami berikan asuhan, sepertinya memang lebih baik usaha ini berhenti disini. Kami memang harus lebih fokus pada kuliah, karena aku tidak mau menambah semester hanya karena ingin jualan.