Maitua

intan elsa lantika
Chapter #32

Halalkan atau tinggalkan?

"Dek, abang ini masih jomblo loh," ucap salah satu polisi menunjuk temannya yang sedang duduk di dalam ruangan tempat ku akan mengambil sidik jari untuk membuat SKCK.

"Adek jomblo nggak?" tanya polisi itu lagi.

Aku merasa sangat gugup karena hanya perempuan sendirian di dalam ruangan yang di penuhi para polisi polisi muda. Aku tidak menjawab dan terus fokus mengikuti instruksi untuk menempelkan sidik jari di kertas.

"Keperluan untuk membuat SKCK nya apa?" tanya petugas tempat ku menyerahkan formulir.

"Rencananya buat cari kerja bang," jawab ku berusaha santai.

"Kerja sama abang aja mau?" tanya polisi yang tadi.

Aku membalas pertanyaan polisi itu dengan senyuman. Aku berusaha santai namun berharap proses ini cepat selesai.

"Manisnya senyum adek!" ucap polisi itu lagi.

"Terimakasih bang," jawab ku tegas dan santai.

"Boleh abang minta nomor hp?" lanjutnya lagi.

Aku mulai merasa tidak nyaman, aku tidak tersenyum lagi dan hanya fokus pada urusan ku. Aku menghela nafas panjang agar semua orang tau aku merasa terganggu.

"Adek," ucap polisi itu dengan nada menggoda.

"Udah! Dia nggak mau sama kau!" ucap polisi lainnya.

"Perempuan mana yang nggak mau sama polisi? Cewek-cewek pasti pengen digoda polisi, apalagi kalau diajak serius," ujar polisi itu bercanda pada temannya, namun matanya lekat menatap ku.

Semua urusan ku sudah selesai, sebelum keluar dari ruangan ini, aku memberanikan diri menatap balik pada mata polisi itu.

"Maaf ya bang! Nggak semua perempuan suka digodain, mau sama polisi sekalipun! Biasakan menghargai wanita ya!" ucap ku tegas dan langsung bergegas keluar ruangan.

Telapak tangan ku sudah terasa dingin dan terasa hampir kaku karena serangan panik. Aku segera menarik nafas panjang untuk memenangkan diri ku.

Bukan hanya polisi tadi yang membuat ku panik, tapi juga Andreas yang lebih memilih menemani teman perempuannya membuat SIM daripada menemani ku membuat SKCK.

Aku memang datang ke Polres di temani oleh Andreas, namun saat sampai, ternyata teman perempuan Andreas sesama purna praja juga sudah menunggu untuk membuat SIM. Andreas pamit pada ku untuk menemani teman perempuannya itu dan membiarkan aku mengurus SKCK sendirian.

Awalnya aku tidak mau mempermasalahkan ini, namun kejadian digoda polisi tadi membuat emosi ku tak terkendali. Aku merasa sangat ingin marah, namun kebiasaan ku memendam rasa memang sering berefek ke serangan panik.

Aku mengeluarkan hp ku untuk menghubungi Andreas.

"Aku udah selesai!" ucap ku datar saat Andreas mengangkat telepon ku.

"Oke, ini Vidia juga bentar lagi selesai," ucap Andreas santai.

Lihat selengkapnya