Kara masih sangat menyesal dengan ketidak beraniannya untuk berbicara kepada Atha, karena hal itu menyebabkan dirinya tidak mendapatkan kontak Atha.
Tetapi seorang Kara masih percaya takdir, dan seandainya takdir mengizinkan mereka untuk bertemu lagi Kara percaya pasti akan ada jalan mereka untuk bertemu.
“Kapan lagi gue harus jemput Citra balet?” Sahut Kara ke Lula.
“Tadi lo gue suruh banyak banget ngerometnya sekarang kepacuan!” Jawab Lula.
Kalau takdir belum mengizinkan mereka, Kara yang akan mencoba takdir mereka sendiri.
Kara juga ingin menunjukkan kepada Atha, kalau dia bukanlah lagi Kara yang selalu berlindung dibalik dirinya.
“Kara kayanya suka deh ma sama guru balet Citra, tadi tangannya dingin banget” bisik Citra meledek Kara ke mamanya.
“Kegatelan beneerrr” Ucap lula melemparkan kain yang sedang ia gosok.
“Adooooh” Jerit rintihan Kara.
Membuang semua kenangan hampir 7 tahun itu sangat menyakitkan baginya, apalagi ketika bertemu hanya bisa bertingkah bodoh dengan pergi tanpa menyapa.
~•~
Kara berkerja sebagai Bellboy di salah satu hotel yang ada di kotanya, tugasnya hanya mengantarkan tamu sampai ke kamarnya, sambil membawa barang yang mereka bawa
Wajah Atha terus terngiang dikepala Kara selagi dia berkerja, Kara benar - benar berharap akan ada pertemuan selanjutnya untuk mereka.
"Lo kara kan?”
Bukan hal baru lagi ketika berkerja disini Kara akan bertemu dengan orang - orang yang mengenalnya. Ntah mereka datang dengan pacar atau keluarnya.
“Boleh saya lihat kunci kamarnya? Barangnya yang ini saja pak?”
Peraturan tetaplah peraturan siapapun tamu yang datang, sedekat apapun kita dengan mereka. Mereka tetaplah tamu disini dan tamu adalah raja.
“Celana lo yang bolong masih ada dirumah gue loh” Bisik lelaki itu dikuping Kara
Kara sangat ingin melupakan masa lalunya, teruma pada masa - masa SMA. Dimana hanya ada Kara yang penakut dan menuruti semua perkataan teman - temannya.
Tetapi selalu ada saja orang yang akan tetap mengingatkannya dengan semua masa yang ingin ia lupakan.
“Padahal gue udah ngebayangin lo pulang pakek boxer, eh taa..”