Makhluk Bego

M. Sadli Umasangaji
Chapter #18

Bahasa Indonesia, Kabur dari Kampus Part II, Tobololo

Hari itu saya datang di kampus tidak terlalu kepagian dan tidak terlalu kemalaman ekh maksudnya tidak terlalu terlambat. Kuliah pada hari itu adalah kuliah bahasa Indonesia. Ya, bahasa Indonesia menjadi salah satu mata kuliah agar mampu menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan penulisan yang benar pada tugas akhir secara teman-teman saya dikelaskan dari berbagai belahan kehidupan (dari mars, dari dunia alien, hingga pulau panjang di Eropa sana) makanya kurang terlalu paham tentang ketentuan-ketentuan penulisan bahasa Indonesia termasuk saya juga belum paham, hehehe.

           Setelah datang di kampus, duduk sebentar, tak lama dosennya tiba. Hari itu kita belajar tentang frasa. Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang menduduki salah satu jabatan dalam tatanan pemerintah, uhm? Maksudnya dalam kalimat. Frasa terbagi atas beberapa jenis. Dosen ini mencontohkan beberapa frasa, setelah beberapa contoh seperti buku merah, bulan terang, itu adalah contoh frasa endosentris atributif. Saya tanya sejenak ke teman-teman disamping kiri saya, ada si Citra dan si Mila, kalau “Kambing Jantan”, gimana? Masuk frasa juga kan?

           Setelah itu satu detik, satu menit, satu jam akhirnya dosen ini selesai mengajar. Dosen ini memberikan tugas katanya sebagai bukti kita mengerti atau tidak. Ketika beliau tanya ada pertanyaan? Semua paham? Dan semuanya menjawab paham. Beliau pun mengatakan oke untuk melihat kalian mengerti atau tidak saya beri tugas, semuanya hening. Untungnya beliau termasuk dosen yang sangat baik hingga tugas yang diberi hanya 5 nomor, jiah ini mah maunya mahasiswa, hehehe. Beliau juga meminta untuk mengontrak kuliah besok hari untuk mengisi mata kuliah yang belum diisi.

           Saya ingat selain dosen ini mengajar di kampus saya sekarang, beliau juga mengajar waktu saya di sekolah SMA dulu. Beliau ini yang beri tugas untuk buat cerpen dan puisi. Awal dari saya belajar menulis.

           Keesokan harinya seperti hari kemarin saya tidak terlalu kepagian dan tidak terlalu kesiangan (terlambat) datang ke kampus. Tak lama beliau datang dan kembali mengajar. Ternyata dan ternyata tugas yang diberi kemarin hari ini dikumpul, wah dan saya belum buat, pasang muka bego nan tak tahu kalau tugas kumpul hari ini. Hari ini kita belajar tentang klausa dan kalimat. Saat proses belajar mengajar berlangsung saya asyik buat tugas untuk dikumpul hari ini. Tak lama akhirnya saya selesai juga membuat tugas. Kembali mengumpulkan puing-puing fokus untuk memperhatikan dosen mengajar di depan.

           Setelah proses belajar mengajar berjalan sudah cukup lama dan disamping saya si Mila panggil dan bertanya “Caly s lihat Citra p catatan di FB ? (Caly sudah lihat catatannya Citra di FB ?).”

“Belum”, saya menjawab. “Ini coba dibaca tentang anak-anak di kelas kita”, Mila kembali menjelaskan sambil menyerahkan handphone untuk saya baca.

           Saya mengambil handphone-nya Mila dan membaca sejenak, Saya kembali bicara “Ta (Saya) juga punya catatan kayak gini”. Dari arah belakang terdengar “Woe Caly... Woe Caly... Woe Caly”. Saya membalik pandangan dan mereka juga menatap saya, hampir semua teman-teman melihat ke arah saya dan saya dengan tatapan kosong nan bego memandang ke arah mereka, hening. Saya kembali bercakap-cakap dengan Mila, dari arah belakang kembali teriak “Woe Caly... Woe Caly... Woe Caly.... sssstttt”. Tanpa sadar ternyata suara saya membahana dan suara serak saya begitu keras di kelas saat dosen masih menjelaskan di depan kelas. Saya pikir sudah selesai belajar waktu itu, hehehe. Kembali diam dan membangun puing-puing serius memperhatikan dosen yang menerangkan di depan. Ternyata dosen ini kembali menjelaskan tentang penulisan naskah pidato sebagai tugas nanti. Dimana ada penjelasan tentang teknik penyampaian pidato, ada dengan cara serta merta tanpa persiapan, metode naskah, dan metode hafalan dan ketiga metode ini dipergunakan untuk tugas kita dan yang dipergunakan adalah metode ekstemporan. Ada kata-kata unik bagi saya yang diselingi saat proses belajar itu, beliau mengatakan “Semakin dewasa kita metode yang digunakan bukan lagi metode menghafal tapi yang digunakan adalah metode analisis. Saya saja kalau disuruh menghafal mungkin sudah tidak baik lagi”. Dosen yang bagi saya baik, sederhana, dan cukup humoris ini. Setelah itu beliau melakukan absensi dan perkuliahan selesai.

 Setelah selesai perkuliahan Bahasa Indonesia, selanjutnya katanya kita lanjut kuliah MSPMI Lanjutan (Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi) dan hari itu katanya mau ujian. Saya membaca handout mata kuliah ini, dan saya benar-benar malas. Ternyata sebagian teman-teman saya juga malas, bosan, dan tidak konsentrasi, jiah tidak konsentrasi, hehehe. Akhirnya apa yang dibaca tidak pernah masuk dan terendap di otak. Secara semuanya mencoba menghafal, saya teringat kata dosen bahasa Indonesia tadi “Semakin dewasa kita metode yang digunakan bukan lagi metode menghafal tapi yang digunakan adalah metode analisis”. Secara umur kita sudah berapa coba ? Ada yang 60 tahun hingga 70 tahun, jiah. Saya juga mencoba-coba menghafal tapi masih saja belum ada yang terendap di otak, maklum benar-benar bego.

Saya memilih meletakan handout mata kuliah dan membuka laptop sambil melihat tulisan yang telah saya tulis, jiah lagi mendambakan menulis hingga lupa sama urusan kampus. Saya sendiri sambil mendengar musik dari handphone saya. Herlin datang, dan meminjam handphone saya, dan saya pinjamkan, jiah tak penting banget ya dijelaskan ? Herlin sendiri masih cukup fokus dan asyik membaca handout mata kuliah yang akan ujian nanti, saya perhatikan sambil melihat tulisan saya. Tak lama Herlin bilang “aduh tha pamalas ekh s tra mampu menghafal (saya sudah malas, saya sudah tidak mampu menghafal handout mata kuliah)”. Tapi sadar atau tidak sebenarnyakan tidak perlu menghafal, kita saja yang bego, jiah kalau tak dihafal juga mana bisa jawab nanti, begitulah yang terjadi, hehehe.

Lihat selengkapnya