Makhluk Bego

M. Sadli Umasangaji
Chapter #37

Minggu Terakhir di Dorpedu

Sudah dua minggu kita melakukan kegiatan di kelurahan Dorpedu. Dan itu artinya tinggal seminggu lagi kegiatan kita di kelurahan Dorpedu. Semua perencanaan kegiatan kita telah kita lakukan. Seminggu ini tinggal kita persiapkan untuk memaparkan hasil kegiatan kita saat lokakarya mini II. Seminggu ini juga kita menyelesaikan studi kasus individu kita. Ya dalam PKL ini kita juga mencari kasus untuk dilakukan sebagai studi kasus individu. Selain itu minggu ini kita juga merencanakan kegiatan diluar kegiatan intervensi gizi, mungkin seperti rencana membuat tugu dan baliho.

Seminggu ini kita juga mulai menyicil menyelesaikan laporan PKL kita. Dalam minggu ini juga kita diminta pak lurah untuk menginap selama seminggu terakhir dan berdasarkan kesepakatan dengan teman-teman kita hanya menginap selama 3 hari mulai dari hari selasa hingga hari kamis, saat kegiatan lokakarya mini II.

Seminggu ini bagiku semakin terlihat ego masing-masing dari kita, semua merasa mereka sudah melakukan banyak hal, dan mengeluh dan mungkin menyalahkan orang yang tidak melakukan kegiatan lain. Mungkin ini berawal dari pandangan yang salah tentang perbedaan yang sudah mulai berakar dari 2 minggu sebelumnya. Dan mungkin semua dari kita merasa kita benar dan hanya mampu saling menyalahkan. Sangat terlihat bagaimana egonya kita masing-masing.

           Saya sendiri merasa mungkin juga termasuk orang yang mengedepankan ego. Saya sendiri sebagai ketua dari kegiatan PKL ini sebenarnya sudah merasa bahwa saya sebenarnya tak layak menjadi ketua. Ini karena saya merasa sikap saya yang terkadang tidak peduli dengan orang lain. Saya yang memiliki pandangan yang berbeda dengan teman-teman yang lain. Sebagian dari mereka mungkin selalu mengeluh, selalu saling menyalahkan. Ah, dan saya sangat bingung saat itu. Saya hanya bekerja berdasarkan tujuan yang saya tetapkan sendiri, saya bekerja untuk kepuasaan saya sendiri, dan mungkin untuk kenyamanan orang lain, saya hanya berusaha menyelesaikan kegiatan itu, saya belajar untuk ikhlas dalam bekerja, dan saya belajar untuk tidak harus mengeluh. Sedangkan mereka tidak setuju dengan sikap saya itu.

Saya sendiri hanya meminta mereka melakukan apa yang memang bisa dilakukan, ya dilakukan. Saya sendiri menerapkan untuk menyelesaikan kegiatan kita, kita baiknya menyadari bagaimana porsi kita, bila kita bisa menyelesaikan itu, kita selesaikan itu. Contohnya waktu itu kita ada dua kegiatan yaitu kegiatan untuk persiapan lokmin II dan laporan PKL serta keigatan untuk membuat tugu. Bagi saya yang dimaksud dengan menyadari porsi kita adalah kita memilih dimana kegiatan yang paling bisa kita partisipasi. Dengan harapan mungkin kita tidak saling mengeluh tapi entahlah tetap saja kita selalu memandang perbedaan sebagai masalah bukan sebagai keindahan. Kita masih saja mengedepankan ego kita masing-masing.

Sampai pada saat itu dalam persiapan lokmin II, persiapan pembuatan laporan PKL, kita pakai cara yang Herlin katakan kita kerja dengan orang yang mau bekerja. Ya, mungkin bagi beberapa teman, Herlin dan beberapa teman kelompok II termasuk orang yang mau bekerja sendiri-sendiri. Tapi bagi saya dalam persiapan lokmin II dan pembuatan laporan mereka yang mungkin paling saya libatkan karena saya rasa mereka tidak mengeluh saat bekerja. Dan sejujurnya dari beberapa kelompok lain, sulit bagi saya untuk ajak kerja sama. Mereka selalu berbeda pendapat dengan saya dalam bekerja.

Sementara kelompok lain mungkin mereka yang mengurus untuk membeli pot bunga sebagai bentuk kenang-kenangan dari kita mahasiswa yang PKL, yang dikoordinir oleh Basten dan Musmin. Pot bunga sebagai pengganti tugu karena kita tidak jadi membuat tugu dengan beberapa kendala.

Dan beberapa teman yang lain mungkin hanya bisa senang-senang. Sebenarnya tidak ada yang salah. Karena setiap orang memang memiliki kemampuan yang berbeda, rasa tanggung jawab yang berbeda.

Saya pun pernah katakan kepada Magfirsyah, salah satu teman saya, “Sebenarnya dari awal yang salah itu ngoni pilih tha jadi ketua kelompok, tha nie orangnya tra peduli dengan orang lain, tha hanya bekerja berdasarkan apa yang bisa tha lakukan, tha hanya bekerja untuk bisa apa yang membuat kita merasa nyaman, dan mungkin orang lain juga merasa nyaman. Tha bekerja hanya untuk itu dan terkadang tidak peduli orang lain mau bekerja ka tarada. Sebenarnya tha juga tra peduli orang mau hargai atau tidak.”

Lihat selengkapnya