Makhluk Bego

M. Sadli Umasangaji
Chapter #42

Hasrat Tak Terkalahkan

Hasrat Tak Terkalahkan

 

Ah, Tulisanku ditolak lagi! Sekali lagi tulisanku ditolak lagi, kali ini ditolak oleh penerbit. Entahlah sudah beberapa penerbit yang menolak tulisanku. Mungkin aku sudah mengirim naskah tulisanku tentang kepenulisan ini ke kurang lebih lima penerbit. Empat penerbit melalui email dan hanya dua penerbit yang membalas untuk penolakan naskahnya, dua penerbit lagi tidak ada membalas. Dan untuk pertama kali naskahku ku kirimkan melalui pos, dan untuk kesekian kali ditolak lagi. Beberapa minggu yang lalu naskahku dikembalikan oleh penerbit. Ah, ditolak lagi, bimbang!

Sambil ku seduh minuman bercola ini, minuman bercola, hanya mengandung kalori semata, minim zat gizi lain, jiah hehehe. Ah, saya memang lagi bimbang. Benar-benar lagi bimbang, bimbang untuk banyak hal. Bukan hanya karena tulisanku yang ditolak penerbit!

Ada hal lain pula yang membuatku bimbang. Ini tentang impian, saya memang pemimpi sinting, mungkin, bukan pemimpi kelas atas, bukan, hehehe. Ketika buka puasa bersama dengan teman-teman kelasku dulu sewaktu SMA, Ipa 2, banyak hal yang berubah dari mereka tapi ada hal pula yang terlihat tidak berubah sama sekali. Tapi bagiku ketika bertemu dengan mereka ada semangat, semangat bagiku untuk melangkah lebih maju, setidaknya aku tak mau kalah dari mereka. Bagiku mereka luar biasa. Buka puasa bersama bagi Ipa 2, mungkin suatu kegiatan untuk berkumpul bersama, saling berbagi cerita, berbagi kegiatan, bercanda tawa, dan banyak hal lain yang dilakukan. Seperti kata Elfira, temanku, “Saat kita berkumpul bersama di buka puasa bersama ini, yang terpenting adalah kita bercerita sesuatu yang ringan, tentang kenangan, tentang masa depan, tentang kegiatan yang dilakukan sekarang, tentang masalah-masalah di kampus”. Ini karena ketika kita berkumpul terkadang yang dibicarakan diantara beberapa teman yang lain adalah tentang kegiatan mereka sebagai aktivis kampus, kegiatan berorganisasi. Yang bagi Elfira yang selalu selaku tuan rumah buka puasa bersama, berbicara sebagai aktivis kampus bukan pembicaraan yang ringan. Elfira kurang terlalu suka bahkan tidak ikut meleburkan diri aktif dengan berbagai organisasi kampus.

Banyak hal yang berubah dari mereka setelah dua kali bertemu untuk buka puasa bersama, tahun ini yang hadir saat buka puasa bersama, hanya para lelaki, Dedi, Chalo, Risal, Sandi, Katman, Ilham, Rani, and me, tak ada satupun para wanita yang hadir kecuali Elfira selaku tuan rumah. Dedi sebagai mahasiswa kesehatan, Administrasi Kebijakan Kesehatan, Chalo dan Ilham sebagai mahasiswa IPDN, Risal sebagai mahasiswa Teknik Pertambangan, Katman sebagai mahasiswa Ilmu Pemerintahan, Rani sebagai mahasiswa Teknik Kimia, Elfira sebagai mahasiswa Sosial Politik, Administrasi Negara. Hanya Sandi seorang yang sudah bekerja di Kehakiman. Saat buka puasa bersama dan setelah sholat tarawih, kita ngobrol sambil mereka merokok dan makan pangsit tentang Sandi yang sudah kawin ternyata hanya candaan belaka, dia belum kawin, tentang wanita, pacar, hehehe, tentang pekerjaan, mencari kerja, hingga Rani yang bermasalah di kampus, Rani yang kelihatan pendiam tetapi ternyata bermasalah di kampus hingga adu jotos dengan dosennya, tentang kegiatan di kampus, tentang organisasi di kampus, ah banyak hal. Dan bagiku yang membuatku bimbang adalah tentang pekerjaan dan lanjut kuliah. Dan banyak pula temanku yang kuliah di luar Ternate, terlebihnya ada pula yang kuliah di daerah Jawa.

Lihat selengkapnya