Karya Tulis Ilmiah sudah selesai diujikan, sudah dibukukan, laporan MAGK di Rumah Sakit Malang dan Rumah Sakit Ternate sudah dijilidkan dan sudah dikumpulkan, laporan MSPMI di Rumah Sakit di Ternate tuntas, sudah dijilidkandandikumpulkan, laporan MPGM di salah satu Puskesmas di Ternate selesai, dibukukan dan sudah dikumpulkan, laporan PKL MIG di Kelurahan Dorpedu, Pulau Ternate sudah diselesaikan, dan sudah dikumpulkan, Ujian Akhir Program sudah dilalui, Uji Kompetensi tak jadi dilaksanakan, tahun depan.
Sebulan lebih tanpa ada kegiatan urusan akademik kampus, waktu kosong menanti yang dinanti. Jarang sekali datang ke kampus, hehehe. Hanya mulai dari nonton Naruto Shipudden, Pirates Of Caribbean, menonton ulang lagi Sang Pemimpi hingga menikmati tontonan Master Chef 2 setiap sabtu dan minggu, hehehe. Memperbiasakan diri membaca, novel 5cm karya Donny Dhirgantoro, Marmut Merah Jambu-nya Raditya Dika, Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi, bukunya Wijaya Kusumah, Soe Hok Gie; Biografi Sang Demonstran karya Muhammad Rifai, selesai dibaca, hingga setengah membaca bukunya Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar belum selesai dibaca, hehehe dan sekarang beralih sebentar ke novel pinjaman dari teman, Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi karyanya Andrea Hirata.
Selama waktu luang ini, awalnya punya rencana menikmati sedikit waktu untuk menyaksikan Sail Morotai tapi gagal, hehehe. Tapi saya dapat Jurnal Kesehatan dari stand Kemenkes, gratis, ketika ada Malut Expo 2012 bagian dari Event Sail Morotai di Ternate, hehehe.
Ikut meleburkan diri ke dalam kegiatan salah satu organisasi ekternal kampus yang saya menjadi anggotanya. Menjual bazar, untuk kampus saya, hanya tinggal tiga kader yang masih mau aktif, Saya, Masita dan Sunarto, dan hanya kita bertiga yang menjual bazarnya, hehehe. Setelah hasil dari menjual bazar dari masing-masing komisariat, di kampus saya masih berstatus korpus, kita jual parsel lagi secara bersama-sama. Jualan parsel di lampu merah, di pasar-pasar (Pasar Gamalama, hehehe). Tempat kumpulnya waktu itu saat penjual parsel di Mesjid Pasar. Lihatlah ke sana banyak suasana baru yang bisa diresapi untuk orang seperti saya yang masih jarang terlibat dalam kegiatan seperti ini, hehehe.
Jualan bazar dan parsel untuk pengumpulan dana untuk kegiatan DM I, sejenis kegiatan latihan dasar kepemimpinan untuk masuk organisasi kepemudaan. Rapat, rapat, dan rapat lagi untuk persiapan kegiatan DM I, begitulah menyenangkan.
Tak ketinggalan saya, Masita dan Sunarto juga berusaha melakukan perekrutan untuk kader baru, saat itu jumlah rekrutan yang mengisi formulir ada 43 orang dari jurusan gizi, keperawatan, dan kesling. Dan ini juga salah satu kegiatan yang membuat saya sering sekali datang ke kampus, hehehe. Saat itu saya merencanakan kegiatan training untuk bisa dilakukan di kampus saya agar rekrutan dari kampus saya bisa banyak yang hadir. Tapi keinginan itu setelah menyurat dan surat balasanya, rencana kegiatan training ini tak jadi dilakukan di kampus saya dengan alasan sudah berjalan kegiatan belajar mengajar. Dan dipertanyakan mengapa ada nama kampus saya di dalam salah satu organisasi eksternal ini, hehehe. Entahlah, mengapa bisa demikian?
Tapi akhirnya kegiatan DM I ini bisa dilaksanakan di SD Albina di Jerbus yang ternyata juga paginya melakukan “kegiatan belajar mengajar” tapi kita diizinkan menggunakan gedungnya. Dan saat kegiatan DM I, rekrutan dari kampus saya yang datang hanya 4 orang, 1 dari mahasiswa gizi dan 3 dari mahasiswa kesling, hehehe. Artinya keinginan untuk membuat komisariat di kampus saya sekali lagi belum terbentuk, hehehe. Begitulah adanya saya masih bingung dengan keberadaan teman-teman mahasiswa di kampus, setiap diajak ikut terlibat dengan organisasi eksternal kampus, sebagian pasti dengan alasan klasik “Banyak tugas dan kuliah padat”, entahlah, hehehe. Saya hanya berusaha untuk menjaga eksistensi organisasi eksternal kampus ini di kampus saya. Dan menurut saya ketika kita mahasiswa di kampus saya hanya betah dengan keberadaan organisasi internal kampus (baik BEM atau HMJ) masih sedikit percontohan, sulit membuat kita berkembang. Seperti kata dosen saya yang saat itu termasuk dosen yang menyarankan kami untuk terlibat dalam organisasi eksternal kampus ini kalau tidak salah beginilah katanya, “Air itu selalu mengalir bila ia tertutup ia akan mencari lubang yang lain (jalan yang lain), maka seperti itulah kita harus mencari keluar, hijrah”. Selain menjaga eksistensi organisasi eksternal kampus ini, saya juga sebenarnya mencoba membentuk semangat keterlibatan mahasiswa dalam organisasi di kampus saya, karena ketika saya semester-semester awal tidak pernah ada kakak tingkat saya yang mengajak saya terlibat di organisasi kampus, apalagi organsasi eksternal kampus, hampir tak ada dan memang tak ada, menggersangkan suasana mahasiswa, makanya ketika saya semester akhir saya mencoba mengajak mahasiswa semester awal agak mau terlibat dalam organisasi, tapi hasilnya belum maksimal, hehehe, entahlah.
Selama waktu luang ini, saya juga menghasilkan tulisan untuk rencana naskah saya “Simfoni Pecandu Menulis”, juga menulis tulisan untuk naskah saya ini “Makhluk Bego Pecandu Menulis”, hehehe. Sebulan ini saya mencoba menikmati kata-kata dari Bambang Trim “Banyak Membaca, Banyak Berjalan” untuk stimulasi ide menulis, hehehe.
Saya juga sempat mengikuti diskusi menggelisahkan dari teman-teman mahasiswa semester III dan beberapa mahasiswa semester V, saat ini saya sudah semester akhir, semester VI (pendidikan Diploma III, 6 semester). Saya bilang diskusi menggelisahkan karena diskusinya tentang kegelisahan kita terhadap keberadaan kampus kita, hehehe. Diskusinya dilakukan di Kedaton Kecil. Kita seperti mahasiswa yang berada pada masa orde baru sehingga ketika diskusi tidak bisa dilakukan di kampus harus dilakukan di tempat lain, pergerakan bawah tanah, hehehe. Tema diskusi saat itu yang dibawakan oleh pematerinya adalah Identitas Mahasiswa. Agung, La Ode, Ira Yunita, Ernawati, Ansar, Khairudin, Tesar, Sunarto, Asril, Yusril, mahasiswa semester III dan V yang terlibat dalam diskusi sore itu. Mereka sekarang lebih kritis, lebih giat untuk mengkritik, hehehe. Tapi mereka juga tidak mau terlibat ketika diajak ikut organisasi eksternal kampus ini, hehehe, entahlah.
Hingga karena keterlibatan saya dengan organisasi eksternal kampus ini. Mencoba memaknai yang sudah seharusnya dimaknai, mencoba mengerti yang seharusnya sudah dimengerti, mencoba menghormati yang sudah seharusnya dihormati, mencoba memahami yang sudah seharus dipahami, mencoba menghargai yang sudah seharusnya dihargai, mencoba mempelajari yang sudah seharusnya dipelajari. Saya mencoba mendalaminya lebih jauh, mempelajari yang sudah seharusnya dipelajari di kampus keduaku, organisasi eksternal kampus yang saya senang melibatkan diri di dalamnya. Setelah terlibat di dalamnya saya lebih banyak merenung, sampai pernah pada titik berdiam diri, hehehe.
#
“Jangan lupa besok, yudisium di kampus Tanah Tinggi, datang jam 8, lengkap dengan atribut; papan nama, logo dan jas almamater. Sebarkan”. Itulah sms dari beberapa teman saya, Anti, Magfirsyah, Musmin dan Rosmini.
Keesokan harinya, 10 Oktober 2012. Hari ini adalah hari kamis, hari ini, kita akan yudisium semua jurusan. Sekitar jam setengah 8 pagi saya bangun, dengar lagu di laptop sebentar hingga kurang lebih jam setengah 9, mandi dan ke kampus. Seperti yang sudah diduga kegiatan yudisium belum dimulai, tanda-tanda mau yudisium pun masih terlihat tanda tanya, hehehe. Saya dan Masita pun akhirnya sosialisasi tentang organisasi ekternal yang digeluti di mahasiswa kebidanan semester I. Dan sekitar kurang lebih 18 mahasiswa yang berminat untuk ikut mentoringnya. Di sela-sela kita melihat mahasiswa lain sudah mulai ada yang mengambil kursi dan mengangkatnya ke aula kampus kita, tanda-tanda mau yudisium. Saya dan Masita pun bergegas bergabung dengan teman yang lain dan mengakhiri sosialisasi itu.
Sudah terlihat ada mahasiswa jurusan gizi, mahasiswa jurusan keperawatan, dan mahasiswa jurusan kebidanan di dalam aula kampus. Sambil menunggu yudisium saya memilih sebentar membaca buku Notes Of 1000 Day In Taiwan karya Ario Muhammad. Teman dekat saya di kampus, Magfirsyah, duduk di kursi di samping saya, dia menanyakan “Bikiapa kong nha suka membaca? Jang tlalu membaca tlama nha tambah kurus ni, talalu banyak bapikir” (Mengapa kamu suka membaca? Jangan terlalu membaca nanti kamu tambah kurus, terlalu banyak berpikir). Saya hanya mengatakan secara asal-asalan tapi itu yang saya pikirkan, dan saya yakini “Membaca membuat kita lebih memandang hidup dengan cara yang berbeda, kita lebih termotivasi, kita tidak mudah putus asa”, selanjutnya saya katakan “Tha tra mungkin paksakan nha jadi kayak tha dan tha tra mungkin jadi seperti nha, karena begitulah manusia, punya pilihan untuk dirinya sendiri (Saya tak mungkin paksakan kamu jadi seperti saya dan saya tak mungkin menjadi sepertimu, karena begitulah manusia, punya pilihan untuk dirinya sendiri)”. Dan ingin sekali saya sampaikan bahwa membaca itu mengisi kebosanan saat menunggu, dengan membaca menunggu seberapa lama pun kita tidak akan bosan, hehehe.
Selain itu, saya, Magfirsyah, dan Herlin membicarakan soal ke depannya kita bagaimana, setelah wisuda, mau melanjutkan kuliah dan mencari pekerjaan. Magfirsyah memiliki banyak perencanaan ke depan setelah wisuda, salah satunya mencari pekerjaan dan dua tahun ke depan lanjut kuliah di salah satu STIKES di Makkasar, peralihan profesi menjadi mahasiswa keperawatan, mengejar titel S.Kep. Magfirsyah memang sangat berminat untuk menjadi mahasiswa keperawatan, ia berharap titelnya menjadi Magfirsyah Ishak, Amd. G, S.Kep. Herlin sendiri punya banyak perencanaan setelah wisuda mencari pekerjaan di puskesmas, atau di rumah sakit, ingin melamar di salah satu rumah sakit di Ternate. Kita membicarakan soal peluang kerja di Rumah Sakit dan di Puskesmas di berbagai daerah tapi masih sekitar daerah Maluku Utara, di Morotai, di Bacan, di Weda, dan berbagai daerah Maluku Utara lain. Saya sendiri absurd, tak jelas. Entah mau melanjutkan kuliah atau mencari pekerjaan, saya tak jelas tapi soal harapan saya jelas ingin melanjutkan kuliah, kalau soal pekerjaan saya entahlah bekerja dimana saja tidak masalah, tapi saya tertarik mencari pengalaman baru bekerja di daerah terpencil, saya rasa pasti banyak ide yang bisa dituliskan, hehehe. Saya juga berharapan secara berlebihan, melanjutkan kuliah di luar Ternate, menetap hidup di luar Ternate, mencari pekerjaan di sana, atau melamar menjadi dosen di kampus yang saya lanjutkan kuliah, hehehe, rasanya menyenangkan padahal rumit, hehehe. Kita juga membicarakan soal peluang kerja di kampus kita, saya juga berkeinginan mengabdi kembali di kampus saya, menjadi dosen mungkin, hehehe, ini juga termasuk rumit, hehehe.
Saya juga bertukar novel dengan teman saya, Citra, saya pinjam novel Sang Pemimpi yang dipinjam dari temannya juga Eyra, mahasiswa keperawatan. Saya dengan beberapa teman saya memang sudah sering barter novel. Novel saya sekarang sedang bertebar di tangan beberapa teman saya, hehehe. Bila tiba waktunya akan saya tagih kembali novelku, wkwkwk.
Setelah tak lama mahasiswa keperawatan di panggil untuk kumpul di jurusan mereka. Dosen-dosen kita juga masih rapat untuk yudisium kita. Tak lama pula sekitar jam 11 pagi lebih mungkin, kita dipanggil ke ruangan rektorat perwakilan 20 orang masing-masing jurusan untuk mewakili teman-teman yang lain untuk yudisium dan beberapa teman yang lain berada di luar ruangan rapat.
Yudisium di mulai, dibuka oleh pudir I, dan selanjutnya penyampaian dari direktur. Disampaikan siapa dari masing-masing jurusan yang mendapatkan IPK tertinggi. Disampaikan juga mahasiswa gizi sebanyak 3 orang lulus dengan pujian, mahasiswa kebidanan 1 orang dan mahasiswa keperawatan tidak ada hanya lulus dengan sangat memuaskan. 3 mahasiswa gizi yang lulus dengan pujian adalah Anti, Herlin, dan Makhluk Bego, me, hehehe. Dan yang berdiri di depan untuk IPK tertinggi di jurusan keperawatan adalah Rudi, jurusan kebidanan, Rani, dan jurusan gizi, hehehe, Makhluk Bego Pecandu Menulis, it’s me. Yang berdiri di depan dilakukan pelepasan atribut, papan nama dan logo langsung dari ibu direktur mewakili teman-teman yang lain, dan teman-teman yang lain mengikuti pelepasan atribut masing-masing.
Makhluk Bego, me sebagai mahasiswa gizi yang menjadi perwakilan pelepasan atribut, secara kebetulan mendapatkan IPK tertinggi di jurusan gizi, dan secara mengejutkan dan secara tidak meyakinkan mendapatkan IPK tertinggi di kampus. Dan yang saya rasakan saat yudisium itu malu, diam, kaku, gugup, linglung, bingung, dingin, panas, gemetar, tenang, terasa kram di kaki, oh tak meyakinkan, mengejutkan, tak terpikirkan apa-apa, tak mengharapkan apa-apa, senang, bahagia, mau terbang, cukup percaya ini bisa terjadi dan secara fisik dianggap orang yang tak menyakinkan untuk mendapatkan IPK tertinggi di kampus, hehehe. Dibalut dengan tatapan muka yang tak meyakinkan, bego, diselingi dengan rambut agak gondrong, kumis tipis, jenggot tak jelas, tubuh yang kurus, kelihatan tak terurus tapi begitulah Makhluk Bego, rambut gondrong memang saya ingin wujudkan saat ini, jadi memang rambutnya saya belum gunting, dan kelihatan tak terurus itu memang keinginan saya, hehehe. Tapi setidaknya yang mendapatkan IPK tertinggi di kampus itu Makhluk Bego Pecandu Menulis, hehehe.
Setelah yudisium selesai. Kita kembali ke aula tapi tak jelas mau buat apa, mau tunggu apa. Musmin bilang koordinator kelas kita ada masuk Rumah Sakit, akhirnya kita jenguk ke Rumah Sakit, dan setelah itu kembali ke kampus gizi. Setelah di kampus gizi, ekh ada kakak tingkat yang mengatakan kita harus balik ke kampus Tanah Tinggi, katanya ada info untuk uang wisuda, dan penetapan hari untuk pelepasan mahasiswa. Sudah bisa diduga kita mahtak gubris akan hal itu. Seperti biasa entah itu kakak tingkat, adik tingkat yang menyampaikan informasi, teman-teman saya, yang rata-rata kaum hawa ini memang selalu acuh tak acuh untuk hal seperti itu, hehehe. Dan diputuskan Masita menghadap ke jurusan. Akhirnya setelah Masita keluar dari jurusan, kita di suruh masuk kelas, ada salah satu dosen yang mau masuk. Yudisium jurusan, menyampaikan IPK semua mahasiswa, nilai UAP, dan membuat pernyataan untuk mahasiswa yang laporannya belum tuntas, hehehe, katanya undangan wisuda untuk orang tua tidak bisa diberikan kalau laporannya tidak dikumpulkan untuk mahasiswa yang laporan belum dikumpulkan hingga waktunya ditetapkan, hehehe.
Nilai UAP saya 4.00, dan ada beberapa teman saya yang mendapatkan nilai UAP 4.00 juga Herlin, Anti, Mila, Fitri. Mengejutkan lagi. Menjadi beban pula, hehehe. Karena harusnya dapat nilai segitu patut dipertanggung jawabkan, ini hal yang paling rumit untuk saya selaku Makhluk Bego, hehehe. Disela-sela itu ada kalimat yang paling saya “sukai” tapi “tidak sukai” juga, hehehe, kalimat maaf dari dosen saya yang menyudisiumkan saat itu mewakili dari jurusan katanya, “Mohon maaf bila selama kuliah, kita mungkin ada salah, diberikan tugas, marah-marah, tapi semoga niat kita adalah untuk membuat kalian menjadi lebih baik”. Ah, masa-masa seperti inilah yang paling saya tak sukai, paling sering membuat saya tersentuh seketika, merenung. Soalnya saya juga sebagai mahasiswa banyak buat salah kali ya, hehehe. Pastinya masa-masa akhir kuliah seperti ini memang selalu indah, selalu indah untuk dikenang, selalu indah untuk dinanti. Terlebihnya bisa menjadi bagian tulisannya si Makhluk Bego Pecandu Menulis, hehehe. Menulis itu memang selalu mengenang sesuatu yang indah.
#
Kita dari pengurus korpus salah satu organisasi ekternal kampus yang kami geluti mendapatkan undangan untuk hadir di acara pembukaan dan Stadium General Musyawarah Daerah II salah satu organisasi eksternal kampus ini.
Setelah sholat subuh saya tidur sejenak untuk nanti bangun saat jam 8 agar bisa menghadiri acara tersebut. Setelah jam 8 pagi, aku bersiap-siap untuk ke agenda organisasi eksternal kampus ini, ternyata di luar hujan, atau mungkin gerimis lebih tepatnya dan ban motor kempes padahal baru kemarin di tampal, hehehe. Walaupun gerimis saya bergegas untuk ke agenda organisasi eksternal kampus ini, awalnya saya janjian mau jemput teman saya yang juga terlibat dalam organisasi ini tapi karena ban motor yang kempes saya tak jadi menjemputnya. Setiba di sana ternyata saya lihat ada beberapa orang yang mungkin dari organisasi eksternal lain yang turut di undang dan saya juga lihat belum banyak orang kayaknya, dan saya tanya ke salah satu kader organisasi eksternal kampus ini yang juga teman saya sewaktu SMA dulu, “Pake sepatu ka? (Pakai sepatu ya?)”. Karena saat itu saya lihat hampir semua kader memakai sepatu karena memang agendanya agak formal dan saat itu saya hanya memakai sendal. Dan teman katakan “Ia, pakai sepatu”. Saya lantas kembali ke rumah ganti sepatu dan setiba kembali di tempat acara ini di Auditorium RRI Cabang Ternate, sudah ada teman saya yang awalnya saya janjian untuk menjemputnya tapi karena ban motor saya kempes, saya tak jadi menjemputnya, Sunarto. Sunarto juga tidak memakai sepatu dan dia juga seperti pulang untuk mengganti memakai sepatu. Hehehe, ini hanya sebuah kejadian kecil yang terjadi saat itu.
21 Oktober 2012, itulah tanggal Musyawarah Daerah II organisasi eksternal yang kami ikuti, tepat pada hari minggu. Setelah datang beberapa undangan dari orang-orang penting, acara pembukaan pun dimulai. Seperti biasa saya senang mengamati dan mencatat beberapa kata-kata penting untuk dijadikan ide tulisan saya, hehehe.
Seperti biasa pula setiap dalam pembukaan acara dalam organisasi eksternal ini selalu dimulai dengan tilawah (membaca Al-Qur’an). Selalu dilakukan tilawah dalam agenda apapun baik itu rapat panitia, mentoring, rapat evaluasi, dialog, rapat apapun dan semua agenda organisasi eksternal kampus ini selalu dimulai dengan tilawah. Dan ini yang saya senangi, dan mungkin menular kepada saya, yang dulu saya tidak punya mushaf, sekarang sudah membelinya dan berusaha membagi waktu untuk membacanya walaupun masih jarang dan disisi lain bacaan Al-Qur’an ku belum fasih seperti kader-kader organisasi eksternal kampus ini.
“Bangkit Pemuda, Selamatkan Maluku Utara”, itulah tema Musyawarah Daerah II organisasi eksternal kampus ini. Dalam acara pembukaan itu setelah tilawah dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Daerah organisasi eksternal kampus ini, Ketua Wilayah, dan Wakil Walikota Ternate sekaligus membuka acara Musyarawah Daerah II ini. Dalam hal seperti ini saya senang mencatat beberapa kata-kata menarik yang diungkapkan.
“Setiap jaman memiliki tokohnya dan setiap tokoh memiliki karakter yang sesuai dengan jamannya” (Pepatah Arab yang disampaikan oleh Ketua Daerah)
“Bukankah bila dibandingkan dengan Indonesia Tengah, kita yang melihat mentari terlebih dahulu?”
“Provinsi Maluku Utara dibentuk mulanya dari Ternate, mungkin pula Republik Indonesia ini pula terbentuk dari Ternate. Dilihat dari sejarah bahwa pernah dalam sejarah Indonesia dikendalikan atau dikontrol oleh 5 Gubenur Jenderal Belanda mengendalikan Indonesia dengan berkedudukan di Ternate”
“Umur organisasi eksternal kampus ini di Ternate sudah 2 tahun, umur Maluku Utara sudah 13 tahun, dan umur organisasi eksternal kampus ini di Maluku Utara sudah 11 tahun. Semoga dengan itu organisasi eksternal kampus ini mampu bangkit bersama dengan Maluku Utara”
“...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri...” (Q.S. Ar-Ra’d: 13:11)
Setelah acara pembukaan dilanjutkan dengan Stadium General yang diisi oleh DR. Zainal Soleman dan DR. Saiful Aman. Sebenarnya kalau yang saya lihat di spanduk Musdanya ada empat pemateri tapi mungkin hanya dua pemateri yang bisa mengisi hari itu. DR. Zainal Soleman membawa materi “Kepemimpinan Kaum Muda” dan DR. Saiful Aman membawa materi “Refleksi Perjalanan Maluku Utara”. Saya kembali senang mencatat beberapa kata-kata menarik yang diungkapkan oleh kedua pemateri ini.
“Kepemimpinan sejati itu mampu mengubah ke arah sosial. Seorang pemimpin harus mampu memberikan dorongan, semangat, mampu mempengaruhi semua aspek”
“Agen sosial, Iron Stock, Potensi Penyampaian Kebenaran, itu ada pada pemuda”
“Semua aspek akan terpenuhi kalau pemimpin itu bisa membaca kebutuhan masyarakat”
“Untuk merubah Maluku Utara, dimulai dari merubah pemuda”
“Jangan jadi penikmat jadilah pejuang karena dalam perjuangan akan menemukan kenikmatan yang tak terbatas”
Setelah acara Stadium General, karena sudah tiba waktu Dhuhur, kita pending sebentar untuk sholat Dhuhur. Setelah sholat Dhuhur, saya dan beberapa teman balik ke Auditorium RRI cabang Ternate untuk mengikuti kegiatan yang dinanti sidang Musyawarah Daerah II. Tapi ternyata yang bisa menjadi peserta sidang adalah dari komisariat yang dijadikan delegasi dengan minimal telah ikut mentoring 8 bulan. Awalnya saya pikir semua kader yang hadir bisa menjadi peserta sidang entah nanti dijadikan peserta penuh atau peserta peninjau atau mungkin peserta yang tanpa hak suara, hak memilih, hak dipilih, dan hak bicara ternyata tidak. Dan sudah dipastikan saya yang berada di kampus yang belum berstatus komisariat masih korpus tidak menjadi peserta sidang. Dan saat itu yang hadir dari kampus saya selain saya adalah Sunarto, Masita, dan Sukarsi kayaknya. Masita sudah pulang duluan karena sakit perut, Sukarsi entah saya tak tahu mungkin dia juga sudah pulang karena dia juga sudah pasti tak bisa jadi peserta sidang, Sunarto setelah Dhuhur tadi ke rumah saudaranya untuk makan, dan setelah itu saya juga tak tahu, dan saya pulang juga karena saya memang tidak bisa ikutkan sebagai peserta sidang. Tapi tak bisa dipungkiri sebenarnya kita ingin ikut karena diantara kita belum ada yang pernah ikut musyarawah organisasi eksternal kampus ini baik di musyawarah tingkat komisariat apalagi untuk musyarawah daerah. Tapi karena begitu adanya saya akhirnya putuskan balik ke kampus kebetulan hari itu juga kita diharuskan balik ke kampus untuk latihan prosesi wisuda. Tapi kalau disuruh pilih balik ke kampus dan ikut persidangan saat itu, mungkin saya akan memilih untuk tetap hadir dalam persidangan, hehehe.
Setiba di kampus, Masita juga datang di kampus, saya bilang ke Masita “Tadi juga kalau masih di sana akan tong m tra bisa jadi peserta sidang”. Tapi karena kita memang ingin ikut partisipasi dalam persidangan, saya sms saja salah satu kader organisasi eksternal kampus ini, teman SMA saya juga dulu, Mirwan, “Musda s berlanjut? dari tong p kampus tra bisa jadi peserta sidang k?”, Mirwan membalas sms “io ngana kamari dulu”.
Tak lama saya dan Masita putuskan untuk ikut persidangan saja kalau kita memang bisa ikut walaupun kita jadi peserta tanpa hak suara, hak memilih, hak dipilih, dan hak bicara, hehehe. Kita tinggalkan kampus, izin untuk tidak ikut latihan prosesi wisuda hari itu, hehehe.
Setiba kembali di Auditorium RRI cabang Ternate, kita bisa masuk ikut persidangan walaupun kaku karena malu karena sebelumnya memang kita tidak bisa menjadi peserta sidang tapi entahlah kata teman saya tadi, salah satu kader organisasi eksternal kampus ini, tadi ada peserta yang tidak setuju dengan persyaratan ini akhirnya semua kader bisa ikut persidangan entah jadi peserta seperti saya ini tidak jelas jadi peserta sidang apa, tanpa hak suara, hak memilih, hak dipilih, dan hak bicara, hehehe.
Dan saat itu setelah berada dalam ruang persidangan ternyata masih membahas agenda acara. Tak lama tiba waktu sholat ashar dipending ± 20 menit kalau tidak salah, untuk sholat.
Setelah pembahasan agenda acara selesai masuk ke pembahasan tata tertib Musda II. Pada saat di pasal 7 yang berkaitan dengan pasal 6, Hak Peserta dan Kriteria Peserta, jiah diluar dugaan Masita acungkan tangan dan bertanya “Kalau dari kampus kita yang belum berstatus komisariat masih korpus, apa punya hak suara dan hak memilih ?”. Tapi karena pertanyaan ini akhirnya ada kejelasan bahwa kita adalah peserta peninjau, peserta yang hanya memiliki hak bicara. Setidaknya ada kejelasan yang disampaikan oleh Steering Comite, k’Sani, hehehe.
Setelah itu saya hanya menikmati persidangan berlangsung mulai dari sidang pleno I, penetapan agenda acara dan tata tertib, berlanjut ke Pemilihan Presidium Sidang yang menjadi presidium sidang tetap adalah Akhi Mujibur, Akhi Sidik, dan Ukhti Mardiyanti mungkin itu namanya saya agak lupa, hehehe. Masuk ke sidang pleno II, Laporan Pertanggung Jawaban Ketua Daerah dalam ini dari kampus kita, saya dan Masita bergabung dengan STKIP untuk memandang laporan pertanggung jawaban itu. Dari kami menerima karena menurut saya indikator sebuah laporan pertanggung jawaban itu diterima adalah perbandingan antara banyak program kerja yang direncanakan dan direalisasikan dan memang banyak program kerja yang direalisasikan. Tapi dari kampus kami memang tidak punya hak penyampaian pandangan terhadap LPJ hanya dari kampus yang sudah berstatus komisariat dan saat itu dari Ketua STKIP menyatakan penolakan terhadap LPJ. Dan beberapa dari komisariat kampus lain juga menolak, komisariat UMMU, STAIN, dan Halbar, kecuali Unkhair yang menerima.
Selanjutnya saya lebih banyak mendengarkan dan menikmati, sidang pleno III, sidang komisi, dan lanjut sidang pleno IV, penetapan Ketua Umum, Mide Formatur, Majelis Permusyawaratan Daerah, dan Dewan Penasehat. Saat itu ada 3 calon kandidat Ketua Umum. Malam itu terpilih Safruddin menjadi Ketua Umum Daerah yang baru. Setiap jaman memiliki tokohnya dan setiap tokoh memiliki karakter yang sesuai dengan jamannya.