Setiap malam jumat kliwon, ibuku selalu memasak makanan yang sama. Yang membuat rumah menjadi mencekam setiap ritual itu dilakukan. Bulu kuduk meremang, rasa takut semakin merajai jika ibu sudah meletakkan sesajen itu di dekat kamarku. kebetulan posisi kamarku berdekatan dengan dapur, sehingga ketika ibu meletakkan sesajen itu sudut meja makan, maka otomatis akan bersebelahan dengan pojok sisi kamarku. Ada saja peristiwa yang terjadi yang menurutku tidak akan membuat orang lain percaya jika aku ceritakan.
"Bu, bisakah jika ritual itu ditinggalkan?" tanyaku pada ibu yang sedang Memasak di dapur.
"kau mau liat ibu mati, sudah ga usah ikut campur urusan orang tua, sekar!" seru ibu dengan sedikit gusar karena aku selalu menanyakan hal yang sama setiap ibu akan melakukan ritual itu.
Aku berlalu meninggalkan ibu yang masih sibuk menyiapkan sesajen untuk leluhurnya tersebut. Sebenarnya ibu tidak pernah sekalipun menceritakan hal tersebut, almarhumah nenekku lah yang menceritakan Hal yang membuat ibu melakukannya, meski tidal terlalu detail. karena saat itu aku masih usia SD sewaktu nenek menceritakannya dengan kakakku, saat itu aku hanya mendengarkan, karena aku belum terlalu paham, tapi ketika aku sudah usia remaja, aku mulai sedikit demi sedikit memahaminya karena di sekitarku ternyata juga ada orang-orang seperti ibuku yang masih meneruskan mengamalkan kebiasaan sesepuhnya.