"Kak... Tolong kak... kakak...!" Teriakku histeris dari dalam kamar.
"Kenapa Sekar kok teriak-teriak?" sahut kakakku dari dapur.
"Dina kak kejang-kejang." Teriakku lebih keras karena panik.
Kemudian kakakku langsung berlari ke kamar ku dengan setengah berlari.
"Ya Allah kenapa Dina kok bisa tiba-tiba begini, perasaan tadi baik-baik saja?" tanya kakakku dengan ekspresi bingung dan tak kalah panik.
"Ayo kak segera telpon Bapak!" Seruku sambil tetap memangku keponakanku satu-satunya itu.
Pagi itu setiap hari minggu seperti biasa kakakku dan anaknya berkunjung ke rumah. Saat Dina datang pagi-pagi sekali bersama kakakku tidak ada yang aneh, tapi tepat jam menunjukkan pukul sepuluh pagi tiba-tiba Dina yang saat itu beurusia dua tahun roboh terjatuh ke lantai kemudian kejang-kejang, suhu tubuhnya 40 derajat Celcius dan bola matanya terbalik ke atas, yang membuatku syok melihat kejadian ini pertama kali dalam hidupku melihat bola mata terbalik ke atas, sangat mengerikan membuat ku menangis menyaksikannya, apalagi Dina kejang-kejang saat di pangkuanku.
Kakakku diam sambil memberikan kompres ke dahi Dina. Aku cukup salut dengan Kakakku yang bisa lebih tenang menghadapi situasi itu dibanding aku yang tak henti menangis menyaksikannya.
Sekitar sepuluh menit setelah menerima telepon dari kakakku, bapak dan ibu pulang dari pasar. "Astagfirulloh cucuku, bagaimana ini pak?" Ucap Ibu dengan sangat paniknya sama sepertiku. Meski Ibu sudah beberapa kali menyaksikan hal ini, dari anak pertama, anak ketiga, dan anak keempat yaitu aku mengalami sakit seperti itu. Cuma Kakakku Halimah anak kedua yang tidak pernah mengalaminya. Dia sehat bahkan jarang sekali menemuinya sakit. Tidak sepertiku yang rentan sakit sejak aku mengalami sakit aneh karena tak ada penjelasan medisnya di usia dua tahun. Aku benci kalau aku sakit, karena setiap kali sakit aku mengalami mimpi buruk yang sama sampai aku hapal betul runtutan mimpinya. Ada sesosok makhluk tak berwujud tak ada rupanya sama sekali, hanya sekilas seperti bayangan putih yang mendekati tubuhku, yang ingin memasuki tubuhku, semakin ku tahan, sosok itu semakin memaksa masuk ke dalam tubuhku melalui mulutku, tanganku terasa sakit sekali menahannya, jika makhluk itu tak berhasil memasuki tubuhku, maka bayangannya berubah menjadi hitam dan mencoba mencekikku sampai aku sulit bernafas dan rasanya akan mati karena kehabisan nafas, sesak sekali mimpi itu menyakitkan. Jika terbangun maka aku berkeringat dingin dan jantung berdegup kencang, mimpi itu terasa nyata sekali menyiksa membuat tubuh yang sudah sakit bertambah kepayahannya.
Apakah itu juga dirasakan keponakanku yang sedang sakit itu?
"Gejalanya mirip seperti sakitnya Sekar waktu kecil bu, sebaiknya kita bawa Dina ke Uwa Salim saja bu." ujar bapak.