MAKOM KERAMAT SYEH SIRNA JAYA

Rana Kurniawan
Chapter #2

Suara dari Dalam Tanah

Hujan turun pelan sejak senja. Rintiknya mengetuk genting pesantren seperti jari-jari halus yang tak sabar menunggu waktu. Rana memandang keluar dari jendela kamarnya — kabut makin tebal, seolah menelan seluruh halaman. Di kejauhan, samar-samar terlihat bayangan cungkup makam yang mereka datangi siang tadi.

Topan sedang membenahi senter di atas meja kayu. “Listrik di sini sering mati, ya?” katanya, separuh mengeluh.

“Sudah biasa,” jawab Rana singkat.

Sukma, yang duduk di lantai sambil memandangi kitab kuning tua yang dipinjam dari Ustadz Hudri, mengangguk. “Abah Muhadi bilang, dulu setiap malam hujan seperti ini... suara gamelan sering terdengar dari arah makam.”

Topan menatap Sukma dengan alis terangkat. “Gamelan? Di tengah hutan?”

“Bukan gamelan biasa,” sambung Sukma pelan. “Konon, itu tanda para penunggu sedang berjaga.”

Rana tersenyum kecil, mencoba menepis rasa dingin yang menjalar dari tengkuknya. “Kamu benar-benar percaya cerita itu, Suk?”

Sukma menutup kitabnya pelan. “Aku percaya pada hal-hal yang tak bisa dijelaskan logika.”

Malam makin larut. Para santri sudah tidur. Pesantren itu hanya diterangi lampu teplok yang menggantung di serambi. Suara hujan mereda, berganti dengan denting air yang menetes dari atap ke tanah.

Rana membuka buku catatannya, menulis:

“Syeh Sirna Jaya — tidak ditemukan catatan lahir atau wafat. Diduga penyebar Islam awal di Banten selatan. Tradisi ziarah dimulai sejak awal abad ke-18. Banyak keanehan: tidak ada makam asli, hanya simbol.”

Ia berhenti menulis ketika mendengar langkah di luar.

“Topan?”

Lihat selengkapnya