Malaikat Ar-Rahman

Zyaafifah_
Chapter #2

Suara yang mulai muncul dalam kehidupanku

Hari ini aku dibolehkan pulang dari rumah sakit. Walaupun kegiatanku masih dibatasi dengan kursi roda.

Sejak kecelakaan kemarin, dokter mengatakan kedua kakiku mengalami kelumpuhan. Namun masih bisa disembuhkan dengan menjalani terapi rutin. Hanya membutuhkan kesabaran sedikit saja untuk kembali normal seperti sebelumnya.

"Zi" Mamah memanggilku saat aku hendak beristirahat dikamar.

"Ada titipan surat dari Ummi Aisyah sayang, Mamah tau ini berat untuk kamu, tapi Ummi Aisyah juga tidak sepatutnya disalahkan"

"Baik Mah, terimakasih"kataku memeluknya kemudian memasuki kamar.

Sebelum mengganti pakaian muslimahku dengan pakaian santai, aku meraih selembar kertas yang diberikan Mamah Nayla.

"Teruntuk Zieviera Anindia Salsabila. Seorang gadis kecil kesayangan Ummi. Maafkan atas perkataan Ummi kemarin jika ternyata melukai perasaanmu sayang. Ummi tau Ummi salah, terlalu cepat membicarakannya denganmu. Ummi hanya ingin kehidupanmu dengan para penghuni panti tidak berakhir setelah pengadopsian, terlebih lagi dengan Ummi. Apalagi, saat Ummi mengetahui niat tulus Putra Ummi. Tanpa mengetahui pendapatmu terlebih dahulu, Ummi segera menyimpulkan untuk melamarmu karna Ummi sangat senang dengan niat tulus Putra Ummi. Ummi tidak tahu jika kamu ternyata tidak menyukainya, Ummi hanya melihat masa lalu kalian yang menurut Ummi kalian sangat akrab dan bahagia saat bersama-sama. Maaf juga Ummi belum bisa melihat keadaanmu setelah kamu siuman, karna saat ini kami sedang mengurusi perpindahan panti, karena panti As-Syifa kita akan dibangun sebuah Pondok Pesantren oleh pemilik tanah, maka kami akan pindah untuk sementara waktu di panti lama di Jakarta. Tak jauh dari daerah rumahmu. Jika kamu masih ingat, panti asuhan Al-Qur'anie. Sekali lagi Ummi mohon maaf yah sayang, cepat sembuh. Ingatlah satu hal sayang, kamu tetaplah harta terindah kami semua" _Ummi Aisyah

Tak terasa air mataku mengalir, basahi kedua pipiku. Ummi, mengapa harus dengan orang itu yang kau pilih untuk pendampingku? Aku bahkan akan segera mengucap setuju jika Ummi memang memilihkan pasanganku, karena kutau Ummi memilih yang terbaik untukku. Tapi mengapa harus dia? Mengapa kau bilang kami akrab? Padahal seharusnya kau tau alasanku membenci lelaki itu. Alasanku tidak bisa memaafkannya.

###

فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Suara itu... Ayat itu...

Aakhh hanya mimpi! Lagi-lagi hanya datang didalam mimpiku. Suara yang sama dengan ayat-ayat yang sama pula, kembali terulang namun hanya berasal dari alam mimpiku.

فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Loh? Tidak! Itu asli! Suara itu bukan berasal dari mimpiku! Itu nyata! Suara itu nyata! Dan... Sama!

Aku segera bergegas meraih kursi roda yang tepat berada disamping tempat tidurku, berjalan menuju jendela dan membukanya lebar-lebar.

Lihat selengkapnya