Niki
Semua orang di hidupnya terperangah kaget ketika ia menceritakan rencananya untuk mundur dari pekerjaannya sebagai asisten pribadi dari Helena Vondrasta. THE Helena Vondrasta.
Dua tahun terakhir dihabiskannya menjadi asisten seorang wanita visioner yang telah membawa lingkup fesyen Indonesia naik tangga ke level internasional. Nikita pasti berbohong jika bilang kalau ia tidak menikmati pekerjaannya. Meskipun melelahkan, Niki akan berdosa jika berkata bahwa bekerja dengan Helena tidak menjadikannya wanita yang cakap seperti hari ini.
Bekerja di dunia fashion, terutama di bawah naungan Helena di Stiletto, menjadikannya wanita yang tajam berpikir, pandai melihat trend diluar sana, menebak pasar, dan tentu saja ia mengalami eskalasi pada otak kreatif nya. Belum lagi the free stuff yang ia dapatkan dari gudang sample Stiletto yang tidak terpakai, atau “barang buangan” Helena yang dianggapnya sebagai harta karun.
Skincare Chanel dalam sample sizes . Selendang Hermes yang tidak disukai Helena. Tas snapshot Marc Jacobs yang belum release di Indonesia. Sampel gratis dari koleksi kolaborasi Tommy Hilfiger dengan Gigi Hadid. Parfum Dior botolan yang dibagi-bagikan untuk semua team Stiletto. Dompet Furla. Prada milik Helena yang ketumpahan kopi dan langsung dilempar ke tempat sampah. Tas-tas dari Balenciaga. Sepatu-sepatu gratis dari Christian Louboutin.
Tidak hanya the free stuff. Tapi termasuk undangan VVIP untuk nyaris semua acara fashion show yang digelar di Indonesia. Front seat untuk pertunjukkan koleksi terbaru dari Tex Averio, dinner di Plaza Indonesia bersama creative team nya Ivan Gunawan, bahkan berdiri persis di belakang Helena yang mengobrol santai dengan desainer Tom Ford di New York Fashion Week.
Niki bersumpah ia berhutang besar kepada Helena.
Tapi lidahnya terasa kelu, ketika Helena hanya tersenyum kecil dan melontarkan sebuah pertanyaan sederhana setelah dirinya memberikan surat resign.
“Apa rencana kamu setelah ini?”
Apa rencananya setelah ini?
Apakah ia bisa bertahan tanpa gaji three-digits yang diterimanya setiap bulan dengan menjadi “babu” dari wanita penggerak dunia majalah fesyen tanah air? Apakah dirinya sudah bosan diantar jemput kantor oleh supir bos nya yang selalu membawa mobil mewah? Apakah fashion-business-trips ke luar negeri yang selalu berakomodasi bintang lima itu sudah cukup?
Mungkin, ya.
Untuk sebuah petualangan baru. Demi menjadi bagian dari dunia seni yang dikaguminya namun pada saat yang sama tidak pernah dipijaknya sedikitpun. Butuh waktu panjang untuk Niki mengumpulkan segenap keberaniannya, untuk meninggalkan Helena dan Stiletto.
Niki menelan ludah sebelum menjawab, “Saya mau bekerja untuk Joshua Remiano.”
Helena mengangkat alis, “Remi? Torro and Ibanez… Remi?”
Niki mengangguk. Ia tidak perlu berusaha membaca air muka Helena untuk mengetahui apa yang wanita itu pikirkan. Semua orang pasti tahu Remi.
Remi nya Torro and Ibanez. Salah satu YouTuber musik terbesar di Asia Pasifik?
Remi yang bikin komunitas Anak-Anak Senar?
Remi yang sukses membangun start up Paradise Escape di usianya yang ke 26?
Remi yang mencetuskan komunitas seni di The Factory?
Tapi, dalam kasus ini, Helena mengenal Remi sebagai seseorang yang lebih khusus, yaitu: Remi yang pernah memacari anaknya.
“Oh, that kid, Remi… He got into you, huh?”
Niki mengangkat kepalanya, “Hah?”
Helena malah tertawa, “Saya diantara kaget dan nggak kaget mendengar bahwa kamu ingin bekerja dengannya,”
Niki menggigit bibirnya, sementara Helena menghela napas panjang tanpa berhenti tersenyum.
“Pada saat yang sama, saya kaget karena kamu mau bekerja di dunia yang samasekali tidak ada kepastiannya itu. Remi sejauh ini memang berhasil, tapi dia bergerak dengan sangat cepat, seakan-akan gak ada kalkulasinya. Ia percaya diri, seorang risk taker, sudah jelas, tapi gak ada yang tahu kalau ia akan selalu diatas,” Helena menjelaskan, “I’ve been paying attention to him. Terutama saat dia mendekati Julia last year.”
Tahun lalu, kali pertama Niki melihat Remi. Niki baru saja men-drop dummy majalah Stiletto ke rumah Helena untuk disortir, ketika Helena menyuruh Niki menjemput anak perempuannya, Julia, di Bistecca. Niki tidak masalah menjemput Julia, tapi tugas tersebut membuatnya penasaran. Meskipun mereka tidak terlalu dekat karena Julia selalu kelihatan ogah untuk menyapanya, tapi Julia selalu memiliki supir yang setia mendampinginya kemanapun ia pergi.
Niki baru mengerti ketika Helena menggerutu dan berkata, “Dia baru punya pacar baru. Tapi saya agak kuatir sama yang ini, soalnya… pacarnya kali ini… adalah Remi. I need you to check on them, sekalian menilai pria ini, dari kacamata kamu. Is he good for her?”
Dalam hati, Niki agak takjub dengan kemampuan Julia memikat seorang Remi. Hebat sekali si Julia. Memang dia cantik, selalu fashionable, dan merupakan putri semata wayang dari seorang Helena. Tapi, untuk bisa kenal dan berpacaran dengan sang Remi, Niki merasa harus bertepuk tangan untuknya.
Meskipun tidak bisa dibilang nge-fans dengan Remi, Niki harus mengakui kalau instrumental guitar karya Remi di channel Torro and Ibanez telah dijadikannya playlist tetap untuk menemaninya bekerja di jam-jam yang sulit. Kadang dirinya hanyut dalam dunia lain, ketika ia memutar permainan gitar Remi sambil memandanginya.
Ketika bermain gitar, Remi selalu menunduk. Sekali-kali, ia mendongak sedikit dengan mulutnya terkatup rapat. Terkadang kedua alisnya bergerak-gerak mengikuti irama. Terkadang ia ikut terbawa dalam permainannya sendiri dengan kedua mata terpejam. Remi begitu memukau.
Dalam video song cover atau musical instrumental, Remi tidak pernah berbasa-basi seperti YouTuber lainnya. Ia dengan simpel tersenyum ke kamera dan langsung mulai bermain. Tidak ada basa-basi seperti, “Hey, guys, welcome back to my channel!”, atau “Jangan lupa ya untuk Like dan Subscribe.”
Seakan-akan pria itu hanya ingin dilihat sebagai seorang pemain gitar yang ingin bermusik. Itu saja.
Meskipun kolom komentar video-videonya selalu dipenuhi oleh wanita-wanita yang mencurahkan cinta kepadanya, Remi hanya merespon orang-orang yang menanyakan teknik bermain dan hanya menjawab pertanyaan seputar tools dan effect yang diandalkannya. Sisanya, ia tidak peduli.
Jantung Niki berdegup kencang sambil menyetir ke daerah Senayan, berkhayal akan sempat melihat seorang Remi secara langsung.
Tangan Niki seakan-akan tremor ketika ia sudah berdiri di depan Bistecca, dan dari pintu kaca, dilihatnya sesosok itu, Remi. Niki langsung mengumpat dalam hati. Layar laptop Macbook terbarunya tidak bisa merepresentasikan ketampanan Remi dengan adil.
Pria itu sedang berdiri di hadapan Julia. Wajahnya datar. Ia hanya mengenakan kaos hitam yang kebesaran (mungkin H&M), ripped jeans biru tua, dan sepasang sepatu Vans high top, edisi kolaborasi dengan National Geographic. Seniman banget. Ia terlihat tangguh dan mandiri.
Waktu seakan berhenti. Kedua kaki Niki lemas.
Niki butuh beberapa detik untuk menyadari bahwa Julia sedang berteriak-teriak ke arah Remi dari dalam restoran yang gelap. Ditonton belasan tamu, belum lagi para waitress yang terpaku tanpa bisa berbuat apa-apa.
Mereka sedang bertengkar hebat.
Insting Niki sebagai asisten dari ibunya Julia mendadak bangun. Niki langsung mendorong pintu kaca yang menghalanginya dari tempat kejadian perkara. Pertengkaran itu terdengar semakin jelas.