Remi, Max, Miso, Niki, Renata, Jordan, Reza
“Baik, gue ulangi ya hasil rapat kita hari ini,” Miso mengangkat satu tangannya untuk mendapatkan perhatian seluruh kolega yang sedang mengikuti rapat pada pagi itu.
Jordan dan Remi langsung mengangguk.
“Baik, tanggal untuk hangout Anak-Anak Senar sudah ditentukan. Tohpati menjadi pembicara utama. Rapat berikutnya harus sudah membahas dekorasi dan catering. Itu yang pertama. Yang kedua, rencana untuk Paradise Escape bikin workshop sudah oke, tinggal mencari narasumber dan membuat perencanaan acara saja kok. Budget sudah cair dari kapan-kapan,”
Jordan tiba-tiba menengok ke arah Reza, “Bro, gue denger tim kalian mau ajak Duo Kesatria untuk kolaborasi ya?”
Renata dan Niki langsung reflek menaikkan kedua alis mereka dengan terkejut.
“Oh ya? The Duo Kesatria?!” Niki tidak sadar berseru. Memang ia tidak bisa dibilang ahli dalam dunia fotografi, tapi jepretan Duo Kesatria memang sudah terkenal sampai kemana-mana. Niki pernah menghadiri eksibis foto-foto mereka yang diadakan di galeri Ruangrupa dan dia.lo.gue yang memukau begitu banyak pendatang, yang bahkan bukan peminat seni. Seluruh hasil fotonya punya cerita dan mengandung misteri yang memaksamu mencari sendiri makna yang ada di setiap hasil jepretan. Niki bisa tahu-tahu baru tersadar ia sudah memandangi satu foto selama sepuluh menit.
Remi melirik Niki, “Kamu tahu Duo Kesatria?”
Niki mengangguk mantap, “Pernah ke pamerannya malah. Mereka keren banget. Tapi misterius ya, kayaknya sedikit banget informasi tentang mereka. Nongol di pamerannya aja cuma pas hari pertama- bahkan bisa nggak datang samasekali.”
“Siapa yang gak tahu mereka, Rem?” Renata berceletuk, “Keponakan gue aja yang SMP udah follow-follow Instagram mereka, terus ngerengek ke Abang gue minta dibeliin kamera.”
Max tertawa kecil, “Wow. Udah kayak trendsetter ya, kalo bisa bikin anak-anak muda jadi pengen foto-foto juga. Dulu pas jamannya kita, banyak subscribers nya Torro and Ibanez yang masih pada kecil kan juga kepengen beli gitar,”
Semuanya kontan tertawa, termasuk Remi. Dulu sudah tidak bisa terhitung berapa banyak anak-anak remaja yang jadi ingin mempunyai gitar dan belajar memainkannya, karena terinspirasi Remi, Max, dan Miso. Keluhan dari orangtua pun sampai mereka dapatkan, karena menurut banyak orang tua, Remi terlalu sering meng-unboxing gitar baru yang mahal-mahal, dan memberikan dampak buruk untuk anak mereka.
‘Buka gitar baru aja dibilang memberikan dampak buruk, mereka gak liat apa konten-konten YouTuber zaman sekarang isinya apa aja?’ gerutu Remi dalam hati.
“Tapi mereka masih belum memberikan jawaban,” Reza mendesah, kelihatan putus asa, “Kayaknya mereka nggak tertarik. Kalo sampai mereka gak jawab apa-apa, terpaksa gue harus cari plan B, mungkin narasumbernya pake orang dalem dulu aja.”
Remi berpaling kepada Reza, “Ditunggu aja, Rez. Sabar sedikit.”
Mereka lanjut berdiskusi untuk beberapa hal lainnya, kemudian Miso hendak menutup rapat mereka agar semuanya bisa langsung mulai bekerja, tapi kemudian Niki mengangkat tangan kanannya.
“Hmm, aku boleh tambahin satu hal terakhir?” Niki berkata sambil tersenyum, dikeluarkannya sebuah map cokelat yang daritadi ditumpuknya.
“Yes, go ahead,” Max mempersilahkan Niki melanjutkan.
Niki memandang ke semua orang, “Mumpung semuanya disini, termasuk Kak Reza dan Remi. Good news! Aku sudah punya dua kandidat baru untuk posisi Operation Manager yang kalian mau. Dan tenang, mereka semua juga punya skill mengedit yang kalian jadian syarat utama.”
Remi kelihatan terkejut, ”Hah? Kamu yang cariin orang?”
Reza mengangguk cepat untuk menjawab, “Iya, Rem. Niki minggu lalu mengusulkan untuk bantu cariin orang, toh dia tahu banyak lah ya soal perekrutan orang-orang, dia kan dari Stiletto. Kedua, dia bisa paham maunya elu lah, yang paling bikin ribet kalo rekrut orang…”
Miso dengan cepat berseru, “Emang! Paling ribet dah si Remi!”, yang diikuti oleh tawa dan celetuk oleh Max, Niki, dan Jordan.
Remi meringis, kemudian mengangguk, “Makasih ya, Niki. Boleh kita lihat calon-calon yang kamu pilih?”
Niki mengangguk dengan antusias, kemudian mengeluarkan beberapa lembar kertas dari map tersebut. Diberikannya selembar kepada Remi, dan kemudian kepada Reza. Yang lain hanya mendengarkan.
“Yang pertama, namanya Yonathan Hardjoko. Dia secara langsung email aku, dan aku periksa LinkedIn nya, ternyata pengalaman kerjanya sudah banyak banget. Dia sudah pernah magang di Moto Teman, terus jadi editor tetap selama dua tahun. Kemudian dia join Tirtan Bachir Photography, bangun editing team dari nol, dan sebelum ini dia sudah satu setengah tahun jadi Operational Manager di Krearte Photography.”
Reza langsung menggeleng takjub, “Nah, kayak begini nih yang gue cari! Udah pernah bikin tim from scratch, dan anaknya sendiri bisa ngedit foto! Udah pernah jadi Operational Manager lagi di company segede Krearte!”
Remi memberikan dua anggukan, “Iya sih. Usianya juga seumuran kita semua. Bisa sih ini dikasih probation dulu,”
“Masih mau lihat yang satunya? Jujur, yang ini cukup menarik juga buat aku..” Niki mengeluarkan kertas berikutnya, “File nya bahkan gak di email, di drop di kantor pagi-pagi kemaren.”
Remi jadi penasaran, “Hah? Dia nganterin CV nya ke kantor? Dalam bentuk fisik?”
Niki mengangguk, “Old style banget ya? Tapi aku suka, kelihatan orangnya niat kalau sampai nganterin kesini.”
“Lu udah ketemu sama orangnya?” Max bertanya.
“Nggak sih. Kata office boy, dia cuma datang dan drop ini, terus pergi lagi.”
Remi dan Reza hanya mengangguk-angguk sambil menerima kertas dari Niki yang sudah di fotokopi olehnya.
“Kandidat kedua ini… namanya Eleana Adiwangsa,”
Jantung Remi seakan berhenti berdetak. Tenggorokannya tercekat dan kedua matanya terbuka lebar karena kaget. Dibacanya sekali lagi nama yang tertera di curriculum vitae tersebut.
Eleana Adiwangsa.
Perlahan, Remi melirik Max dan Miso yang duduk di seberangnya. Seperti yang sudah diduganya, ekspresi wajah Max berubah aneh, diikuti oleh Miso yang ternganga.
“Woah, kebetulan yang terlalu aneh ya…” Jordan pelan-pelan berujar.
Niki dan Reza keheranan melihat perubahan yang drastis pada semua manusia yang berada di ruangan tersebut, kecuali mereka berdua.
Niki menengok ke arah Remi, dilihatnya ia masih tertegun begitu mendengar nama kandidat yang baru saja disebutkannya. Niki bertanya-tanya dalam hatinya.