Remi
“Pintu nirwana terbuka,
dan kamu turun pelan-pelan.
Kulihat dirimu, berusaha mencerna apa yang kulihat,
berusaha memahami arti dari kata ‘keindahan ‘
yang harus kurenungkan ulang begitu melihatmu,
berusaha mencari maksud dari kedua kakimu
yang turun menginjak tanahku.
Tiba-tiba arti dari kata 'indah' dan 'ajaib'
jadi berbeda untukku.
Pintu nirwana terbuka hanya untukku,
Kamu datang.”
_____________________________________
Coretan-coretan di kertasnya sudah menumpuk, tulisan-tulisan yang diukirnya sudah saling menimpa satu sama lain. Remi memejamkan kedua matanya, mencari-cari ilham, berusaha menemukan pengganti untuk kata-kata biasa, agar terdengar lebih puisitis, berirama, sekaligus romantis.
Remi sudah menentukan maha karya agungnya yang terbaru. Sebuah puisi indah yang akan dijadikannya lirik untuk sebuah lagu yang akan dituliskannya. Akankah jadi sebuah lagu, atau sebuah instrumental gitar yang diiringi bacaan puisi, ia belum tahu pasti. Yang ada di otaknya hanyalah: menulis dan menulis.
Judulnya pun ia tidak tahu.
__________
Niki
Sejak kedatangan Eleana, semuanya tidak lagi sama. Rasa semangat yang selalu melingkupinya ketika berjalan masuk ke lobby The Factory, seperti pergi meninggalkannya. Rasa sejuk yang selalu hinggap padanya digantikan oleh rasa sumpek, bagaikan berjalan sendiri di tanah yang gersang.
Mengapa bisa demikian? Karena Remi sudah tidak pernah lagi memandangnya seperti dahulu. Semenjak Eleana akhirnya resmi di terima di Paradise Escape, pada hari pertama ia sudah seperti bintang jatuh yang yang dikerumuni banyak manusia. Semuanya penasaran dengan dirinya, semuanya ingin dekat dengannya.
Sudah tidak ada lagi acara pulang bersama dengan Remi, acara makan-makan spontan yang lewat di kepala mereka sebelum pulang, pergi sudah semua acara percakapan-percakapan kecil dimana dirinya merasa semakin dekat dengan Remi.
Ada keironisan disana. Dirinyalah yang memasukkan Eleana kesini. Dirinyalah yang memasang iklan ke tempat-tempat yang bisa dijangkau oleh Eleana.
Niki menghela napas pagi itu, sambil meletakkan tas Balenciaga nya di atas meja. Hal pertama yang selalu Niki lakukan adalah memeriksa jadwal Remi, kemudian mengecek semua email yang masuk ke dalam inbox nya.
Ia langsung tertegun kecil ketika mengingat jadwal utama di hari itu. Ibunda Remi akan datang ke The Factory untuk pertama kalinya. Niki mendadak merasa sedikit tegang dengan pemikiran kalau ia akan bertemu muka dengan seorang wanita yang membawa Remi ke dalam dunia ini. Wanita yang membesarkan Remi sampai ia remaja.
Niki baru saja hendak melangkah ke kantor Remi untuk bertanya ia harus mempersiapkan makanan apa untuk ibunya, ketika suara “ding” terdengar dan pintu lift terbuka. Kelihatan Reza setengah berlari-lari di koridor, ia tersenyum begitu lebar.
“Kak Reza? Ada apa?” Niki mengerutkan keningnya.
“Niki! My love!” Reza malah berseru kelewat keras, membuat Niki terkaget-kaget, “Ada berita yang sangat bagus! Dimana Remi sekarang?!”
“Tadi dia masuk ke ruangannya, katanya mau nulis lirik lagu atau puisi apa gitu untuk project barunya…” Niki menjawab, tapi wajahnya agak bingung, “Berita bagus apa ya, Kak Reza?”
Reza langsung mendekati Niki, meletakkan kedua tangannya ke atas pundak gadis itu dan berseru, “Barusan gue dapat email balasan dari Duo Kesatria! Mereka terima undangan kita!!! Duo Kesatria akan datang ke The Factory! Wohoo!”
Niki mengerjap dua kali, kemudian pelan-pelan ia tersenyum sumringah, “Wah, sungguhan?! Duo Kesatria oke?!”
Tanpa disadarinya, ia sudah ikut melompat-lompat kesenangan berdua dengan Reza. Keduanya kemudian berlari penuh semangat ke kantor Remi, untuk memberitahunya.
Membayangkan Duo Kesatria akan datang ke The Factory, dan kemungkinannya bisa bertemu dan bercakap-cakap dengan Kaleb dan Karel Kesatria kalau sampai mereka setuju untuk berkolaborasi dengan Paradise Escape, membuat adrenalin Niki mengalir deras.
Meskipun beberapa hari terakhir terasa agak rumit bagi Niki, mungkin ini bisa menjadi penyulut semangat baru untuknya.
__________
Max
Remi memang teman terbaiknya. Tidak ada ruang untuk debat apapun soal fakta itu. Meskipun Remi seringkali menekankan bagaimana dirinya justru berhutang budi kepada Max dan ayahnya, Eros, karena sudah menerimanya saat ia meninggalkan rumah, buat Max, Remi sudah lunas membayar semua itu.