Malaikat Jatuh

Jesselyn Abdisaputera
Chapter #19

Simbol dari Sayap

Duo Kesatria

Sayap melambangkan kebebasan. Sebuah instrumen tunggangan yang bisa mengangkutmu kemana saja, sesuai dengan pilihanmu, tak mengenal batasan langit. Sayap melambangkan kekuatan, menyiratkan keperkasaan sang pemilik yang langgas, mandiri, dan leluasa. 

Tapi ada satu makna lain yang tersirat dari sebuah sayap, yaitu kesucian. Hanya makhluk dari atas, yang memiliki kemuliaan dan kehormatan untuk bisa terbang.

Sayap malaikat.

Di tengah dunia yang memasuki era modern ini, sudah nyaris tidak ada manusia yang bahkan ingat untuk mendamba rasanya kebebasan. Terperangkap dalam targetnya sendiri, terkurung dalam tuntutan dari nenek moyang, termasuk ego nya sendiri untuk membuktikan diri kepada dunia.

Biarlah simbol sayap ini kembali mengusik renungan akan kebebasan, yang mereka dambakan dalam hati, tanpa diketahui mereka. Keinginan yang ada tanpa disadari.

Kakak beradik itu seakan terbangun dan terjaga di dalam zona hidup mereka yang paling menyala. Mengerjakan sebuah karya, sebuah seni. Karel memutar otaknya, memberikan jiwanya kebebasan untuk berpikir, mencari cara untuk menciptakan simbol ajaib yang akan dikerjakannya.

Sebuah gambar muncul di benaknya. Hari itu juga, mereka bertekad untuk mencari pelukis, seniman sebanyak-banyaknya yang mau memahami ide mereka, dan siap menggoreskan tinta mereka, membentuk sayap sampai seluruh kota Jakarta penuh dengannya. 

Kaleb, langsung berfantasi, mencari momen, duduk di depan sayap, menjepret siapapun yang lewat, mengabadikan cerita manapun yang lewat ketika ia menunggu. Ia selalu setuju, bahwa kebetulan harus direncakanan, harus dijadikan.

Proyek ‘Malaikat Jatuh’ dimulai.

__________

Niki

Ia sudah berdiri lama di depan pintu. Tidak berani mengetuk, tapi hatinya mantap tidak mau kembali.

Alamat yang Renata berikan menuntunnya kepada sebuah perumahan di daerah Menteng, dan setelah melihat rumahnya yang besar, Niki langsung bisa tahu kalau Remi berasal dari keluarga yang sebenarnya cukup berada.

Rumah yang serba cokelat itupun dipenuhi oleh tanaman bunga yang cantik, sangat terawat semuanya. Masih ada kehidupan yang berkesan hangat di depan rumah ini. Hati Niki terasa hangat, membayangkan kalau Remi pernah bertumbuh di rumah ini.

“Sore, cari siapa ya?”

Niki nyaris meloncat. Ia menoleh ke belakang dan bertemu dengan seorang pria setengah baya yang begitu tinggi. Pria itu menatapnya keheranan.

Lihat selengkapnya