Semua orang akan menganggap cara Sadam Gunandra sangat kejam. Lelaki usia 52 tahun itu mengirim ke lima putra tampannya ke dunia luar dengan cara yang luar biasa. Mereka dilepaskan dari kenyamanan harta benda dan kekayaan serta fasilitas lalu melemparkan keempatnya ke jalanan rimba pertarungan hidup.
Sadam Gunandra, banyak orang menganggapnya lelaki beruntung, karena dalam dua dekade berhasil naik ke posisi tinggi kekayaan dan berhasil menjadi milyuner dan masuk majalah Forbes sebagai 100 orang terkaya di dunia. Seolah keberuntungan menghampirinya tanpa henti dan tiada jeda, kekayaan mengalir demikian deras, membuat banyak mata merasa iri dan heran bagaimana lelaki tersebut bisa menjadi demikian kaya raya.
Sadam Gunandra memang mempercayai bahwa kerja keras tidak akan menghianati hasil, dia mengetahui betapa menjadi kaya bukan perkara mudah, dan hal itulah yang kemudian mengilhami dirinya untuk membina ke lima anak lelakinya menjadi pemuda tangguh. Mereka perlu dilepas ke alam bebas, ke masyarakat biasa, dengan cara biasa, agar mereka paham arti kekayaan sesungguhnya, dan yang terpenting kelima putranya harus belajar sesuatu sebelum mereka memegang tambuk kekuasaan sebuah perusahaan.
Karena memikirkan hal tersebut, sang milyuner paruh baya itu kemudian memutuskan sebuah tekat, dia menginginkan anak-anak cemerlang yang tidak bergantung pada dirinya. Anak-anak yang terlatih untuk bertahan hidup, dan itu semua tidak bisa didapat dalam istana megah dan cara hidup mewah, itu harus dilatih dalam kepapa-an, dan kesulitan dalam berjuang dengan orang-orang biasa lainnya.
Jangan kira langkahnya tidak mendapat tentangan. Sang Istri, Isabella Arabila langsung menangis mendengar keputusan suaminya. Sempat perempuan bertempramen lembut itu berdebat dengan sang suami, namun kemudian dengan cara yang lemah lembut, Sadam menjelaskan pada istrinya bahwa hal tersebut dia lakukan demi anak-anak mereka. bahwa apa yang akan dilakukan Sadam kelak akan menuai buah manis.
Akhirnya, walau sang istri tidak menyetujui cara suaminya, namun di depan anak-anak mereka, sang ibu yang penyayang tersebut tetap tegar membiarkan ke lima putranya di lepas ke dunia bebas, tanpa membawa semua fasilitas milik kerajaan Bisnis Gunandra Inc.
Putra pertama, Cavero Gunandra, hanya diam terpaku ketika sekertaris sang ayah mempreteli semua kartu kredit tanpa limit miliknya. Lalu membekalinya dengan uang satu juta rupiah dan mengirimnya ke wilayah kumuh, tempat dimana para pemulung dan tukang loak berada. Awalnya ada sikap memberotak dari pria berumur 26 tahun itu, namun dia urung ketika ayahnya dengan tegas mengatakan bahwa bila dia menolak, maka namanya akan dicoret dari hak waris.
Anak kedua, Malik diperlakukan secara berbeda. Lelaki yang tidak terpaut jauh usianya dari sang kakak diberi pilihan, pergi ke tempat yang sama dengan kakak tertuanya, atau mengambil undian menuju destinasi dirinya untuk berkembang menjadi dewasa.
Malik, yang dasarnya sangat suka judi memilih mengambil undian dan mendapati nasib membawanya pada sebuah rumah jompo di wilayah sebuah perbukitan. dalam perjudian memang hanya ada dua hal yang keluar, kemenangan atau kekalahan. Malik tidak menganggap apa yang dia dapat adalah kekalahan, karena waktu yang akan membuktikannya.