Malaikat Tanpa Sayap

Dewi sartika
Chapter #7

BAB 7 Satu Tapak Menjadi Orang Biasa

Ketika Cavero ingin memakan singkong ke tiga, mendadak Widya memukul tangannya dengan keras, membuat pemuda yang berasal dari lingkungan yang berbeda itu terkejut. Mata Widya nyalang memandang Cavero, dan terlihat wajahnya tidak suka.

Ketika Cavero ingin memakan singkong ke tiga, mendadak Widya memukul tangannya dengan keras, membuat pemuda yang berasal dari lingkungan yang berbeda itu terkejut. Mata Widya nyalang memandang Cavero, dan terlihat wajahnya tidak suka.

Cavero memandang ke arah Widya, heran. “Kenapa?” tanyanya.

“Om ini, jangan dimakan semua singkongnya. Adik aku belum makan, ini kan ada gorengan.” Gerutu Widya.

Cavero mengelus tangannya, napsu makannya mendadak lenyap tidak berbekas. Seumur-umur tidak pernah dia dilarang memakan apapun yang dia sukai, bahkan bila dia mogok makan para pelayan dirumahnya dan para pengasuh akan panik. Mereka lalu akan membujuknya aneka rupa, menyiapkan semua cemilan yang dia inginkan. Pokoknya yang penting dirinya makan. Dan, sekarang, seorang gadis tanggung memukul tangannya, memintanya untuk berhemat makanan dan mengingatkan bahwa ada mulut lain yang juga ingin makan.

Widya lantas mengangkat piring berisi sisa singkong yang ada tiga buah lagi, kemudian mengangkatnya ke atas meja reot yang kondisinya miring dan siap rubuh kapanpun. Tiba-tiba seorang anak berusia 14 tahun masuk ke dalam kamar, langsung terkejut karena mendapati ada orang asing di dalam kamarnya.

“Eh, siapa ini?!” tanyanya heran, lalu masuk sambil mengawasi lelaki bertubuh tinggi dan bagus itu. kulit pemuda yang diamatinya berwarna putih, berbeda dengan dirinya yang hitam kusam terbakar matahari.

“Dia, Om yang kamu curi tasnya.” Kata Widya sambil mengambil piring dari meja dan menyodorkannya pada adiknya. “Om, kenalkan ini Ropi, adik aku.”

Ropi terlihat merasa rikuh, namun kesombongan terlihat pada binar matanya. Ada rasa angkuh untuk mengakui kesalahannya. Sesaat dia hanya diam, tidak menyahuti ucapan kakaknya. Widya yang melihat langsung gemas, dipukulnya kepala sang adik yang membuat adiknya berteriak kesakitan.

“Adaow! Apaan sih Mba!” teriaknya sambil mengelus-elus kepalanya.

“Kamu ini! Mana sopan santunmu? Dia orang yang sudah kamu rugikan, sana minta maaf!”

Ropi menekukkan kepala, persis ayam yang kalah. Anak bau kencur itu mendekat ke arah Cavero, lalu kemudian berkata cepat dan singkat, “Maaf Om.”

Mendengar ucapan anak umur 14 tahun itu kontan membuat Cavero geli sendiri. sebenarnya ada rasa jengkel sebab Ropi sudah membuat dia terlibat dalam kesulitan yang lumayan. Namun pemuda itu hanya bisa tersenyum hambar menanggapi maaf dari Ropi yang setengah hati.

“Kamu nanti tidur sama si Om ini. jadi, jangan bikin masalah. Sementara ini dia tinggal di tempat kita, ini juga karena kamu bikin masalah, jadinya si Om tidak punya uang dan jadi miskin.”

Lihat selengkapnya