Ezra mengambil tempat duduk dekat sayap pesawat. Dia sial karena tidak lagi kebagian posisi lain di pesawat. Bagian sayap itu paling bising, bikin sakit telinga, paranya bisa menjadi migrain. Namun yang menyenangkan adalah kawan duduknya yang sudah lebih dulu mengamati sayap pesawat lewat jendela sangat cantik sekali.
Ezra memperhatikan nomor pesawat, sebenarnya kalau mengikuti penomoran, harusnya dia yang duduk di sisi jendela, perempuan itu duduk disisi lainnya. Jadi, dengan sopan Ezra memanggil perempuan tersebut yang wajahnya tengah menghadap jendela.
“Permisi, Mba.” Panggil Ezra yang kemudian membuat perempuan tersebut memutar kepalanya menghadap Ezra. Rambutnya yang bergelung ikal bergerak mengikuti raut wajahnya yang mengubah arah. Sesaat rasanya jantung Ezra seperti terhenti. Wajah perempuan itu memesona dan Ezra menemukan kesan kuat yang luar biasa. Kesan yang membuat jantungnya melompat-lompat tidak terkendali.
“ya?” perempuan itu memandangnya. Alis matanya yang tebal menambah kuat cara pandang perempuan itu pada Ezra.
“Anu, itu—“ Ezra merasa gugup sendiri. laki-laki itu berusaha menyusun kata-kata yang tidak membuatnya terlihat tolol, “kursi, saya, itu anu kamu ketuker.”
“Apa?” perempuan itu mengerutkan kening, kata-kata Ezra keseleo, menciptakan arti ambigu.
“Iya, itu anu kamu dan saya ketuker.”
“Maaf?” perempuan itu mendelik, dia merasa ucapan Ezra tidak sopan.
Pemuda tampan itu makin gugup. Pertama kali dia mati kutu dihadapan seorang perempuan. Padahal dia sudah sering bertemu dengan beragam perempuan, namun tidak pernah sekalipun langsung terpesona, dan ini yang pertama.
Ezra menarik napas, lalu menghembuskan napas. Tenang Za, tenang. Bayangkan hal-hal menyenangkan. Ezra melakukannya berkali-kali, dia memejamkan matanya mencoba menenangkan diri.
Setelah mendapatkan ketenangan pasti, Ezra membuka matanya, namun dia terkejut karena perempuan itu sudah berdiri sangat dekat dengannya, saling berhadapan muka, membuat Ezra terkejut, mundur karena kaget dan tubuhnya oleng karena kakinya tersandung kaki sendiri.
Tanpa bisa dicegah, pemuda itu terjerembab ke belakang, dan menghantam orang yang duduk diseberang, seorang perempuan. Tangannya meraih pegangan namun tanpa sengaja malah memegang buah dada perempuan yang dihantamnya.
Perempuan yang disentuh buah dadanya itu langsung tersentak. Lantas menjerit keras. Semua orang menoleh, dan tubuh Ezra di dorong keras hingga dia terjungkal ke bawah.
Pramugari datang tergopoh gopoh terhadap keributan tersebut. Langsung menengahi. Perempuan yang sempat dipegang dadanya oleh Ezra melotot marah, wajahnya merah padam. Penumpang yang lebih depan posisinya segera berdiri sambil mencondongkan badan melihat asal keributan.
“Silahkan kembali ke tempat duduk pak,” ucap pramugari, “Nomor bangku bapak?”
“Ah, itu 22A” kata Ezra sambil berdiri, lalu menengok kearah perempuan yang dia sentuh buah dadanya tersebut, “Maaf Bu, enggak sengaja.” Katanya.
Perempuan itu wajahnya merah padam, giginya gemeretuk, ingin marah tapi tidak bisa, lantas dia memalingkan muka sambil memijit-mijit buah dadanya yang terasa senut-senut. Sambil mengerutu bicara, “Yang lembut dikit kek,” lalu kembali duduk.