Malaikat Tanpa Sayap

Dewi sartika
Chapter #14

BAB 14 Jalan-Jalan Para Lansia

“Nek, ingat umur,” ucap Malik sambil mencoba untuk bersikap serius. Nenek Muidah terlihat kecewa, lalu kemudian berjalan lebih dulu dari Malik dengan lagak seperti perempuan ngambek. Ketika mereka keluar dari mess, tampak Bima yang sedang terlihat cemas mencari-cari melihat Malik sedang menggiring nek Muidah dari belakang.

“Itu dia!” seru Bima yang langsung berlari. Beberapa orang yang bersama Bima langsung mendekat mengikuti Bima.

“Nek, ya Ampun, bisa tidak sehari saja diam!” seru Bima sambil buru-buru mengecek keadaan si nenek lincah itu.

“Dimana kamu temukan Mal?”

“Di dalam mess.” Jawab Malik.

“Bagus sekali kamu mencarinya ke sana, kami tidak berpikiran bahwa nenek ini akan berada di tempat lelaki.” Ucap Bima, “Lagian nenek ini, kenapa mesti kabur sih.”

“Aku bosan!” sahut nek Muidah singkat, dia berjalan cepat cepat, membuat Bima harus menyamakan langkahnya.

“Ya enggak bisa gitu juga Nek. Jangan membuat semua orang kuatir.”

“Ah, kalian perhatian palsu. Sudah, yang penting aku sudah ketemu kan. Main petak umpetnya udahan dulu. Yang menang kalian, puas!” jawab nenek tersebut ketus.

Iyan kemudian menyusul, terlihat heran melihat si nenek berwajah cemberut wajahnya seperti hendak menelan kodok.

“Kenapa si nenek?” bisik Iyan pada Bima.

Bima hanya mengangkat bahu, “Biasa, gaek. Udah tua, kadang lupa umur…” bisik Bima sedikit kesal.

“Aku dengar itu!” nenek Lincah berteriak dari depan.

“Dasar telinga setan!” desis Bima kesal.

“Aku dengar juga itu!” Nek Muidah kembali menjerit tanpa menengok, membuat Bima melotot. Gila, padahal dia yakin suaranya sudah sangat kecil kayak cicit tikus, tapi nenek itu seperti memiliki telinga neraka yang bisa mendengar dari jarak jauh.

**

Ulah si nenek memang sempat terhenti, namun kemudian si nenek tiba-tiba melakukan mogok makan, dan mengajak para lansia lainnya berdemo. Tuntutannya, meminta kebebasan dan bisa mendapat libur ke luar dari wisma Rumah Senja dan pergi jalan-jalan ke kota.

Kelakuan unik si nenek ternyata membuat banyak orang di dalam Rumah Senja semakin mumet. Namun, ternyata diam-diam Malik ikut memihak sang nenek lincah, bahkan secara sengaja pemuda tersebut ikut memprovokasi si nenek agar pergi ke kota, dan berharap dia bisa ikut nyelip dalam aksi tersebut.

Malik memang sudah bosan tinggal di dalam Rumah Senja, dan ingin pergi ke kota. Maka itu, ketika aksi sang nenek dilakukan, dia pun secara halus berupaya agar menjadi salah satu orang yang akan ikut dalam rombongan para lansia.

“Tidak bisa begini Bu,” terang Bima menolak dengan keras rencana para lansia yang melakukan demo. “Tenaga kita terbatas, tidak bisa menjaga mereka satu persatu. Menjaga lansia lebih merepotkan sebenarnya daripada menjaga anak TK.”

Ratih, pengelola Rumah Senja hanya menghela napas. Dia paham kenapa Nek Muidah bikin gara-gara. Dia pun kesulitan untuk mengendalikan nenek yang satu itu. Ratih bukannya tidak paham kebutuhan para lansia untuk menikmati sesekali kesenangan berjalan-jalan di luar. Kehidupan tenang tidak membuat mereka lebih bahagia, terkadang ketika bebas, mereka bisa lebih bahagia.

“Berapa kira-kira pekerja yang bisa ikut dalam acara jalan-jalan?” tanya Ratih kemudian.

“Bu, kita tidak harus melakukan yang diminta para Lansia.” Bima masih protes.

Lihat selengkapnya