Belasan pria berseragam ungu sibuk mengangkuti barang. Mereka tengah memindahkan berbagai ornamen pesta. Mulai dari tanaman hias sampai kerangka panggung dialihkan dari truk ke dalam sebuah kediaman mewah bergaya arsitektur Eropa. Pemilik rumah sengaja mendekorasi ulang beberapa interior ruangannya karena malam ini mereka akan mengadakan suatu acara besar yang rutin dilaksanakan setiap satu tahun sekali.
Di dalam bangunan megah tersebut, para pendekorpun senantiasa giat bekerja. Mereka berlalu – lalang seperti tak mengenal kata lelah. Mereka juga secara optimal menata dan membenahi hasil kerjanya. Sebab mereka bukan hanya diamati oleh tim event organizer, melainkan pula dipantau langsung oleh juragan kaya yang menyewa jasa mereka.
Pria tua berpiama maroon itu turut memperhatikan segala detail kinerja. Dengan sifat perfeksionisnya, tak ayal para pekerja cukup dibuat kewalahan karenanya. Sebagaimana saat ini, pria keriput tersebut rewel mempersoalkan sebuah potret yang menempel di dinding atas perapian.
“Ini agak miring ke kanan. Tolong perbaiki dengan benar!” perintah pria beruban itu kepada pemuda yang baru saja selesai mengelap vas bunga.
“Baik, Pak,” jawab singkat si pemuda.
Pemuda tadi lantas memanggil seorang rekan untuk membantu dirinya. Mereka berdua masing – masing mencopot bingkai emas dari paku yang menyanggah, lalu memasangnya lagi sesuai permintaan. Namun sebelum kembali dipajang, pemuda tersebut bertanya kepada tuan rumah, “Apa seperti ini, Pak?”. Dia mencoba memastikan terlebih dahulu tata letak sudah pas sesuai yang diharapkan.
Tangan yang semula saling bertaut di belakang badan, perlahan beralih pada kacamata tebal yang dipakai. Sambil menaikan posisi kacamata, pria tua itu berjalan mendekati gambar. Pandangannya terfokus pada objek yang diobservasi. Tak lama kemudian pria tua menyilangkan kedua tangan dan kembali memprotes, “Hm… sekarang malah keliatan condong ke kiri.”
Kedua pemuda ikut mengamati gambar berbingkai emas dari arah samping. Sejujurnya secara pribadi, mereka merasa peletakannya telah simetris. Tapi mereka segan untuk menyanggah komentar dari klien VVIP yang tengah mereka layani ini.
“Coba miringkan sedikit ke kanan!” titah pria tua lagi.
Tanpa mengeluh, pegawai agen dekorasi ruangan segera melaksanakan arahan. “Ya, kiri! Kiri! Kiri terus! Kanan sedikit! Agak ke atas! Op!” ujar pria berusia enam puluh delapan tahun tersebut dengan penuh semangat.
Melihat senyum kepuasan telah muncul di wajah kliennya, para pemudapun bergegas memasang gambar ke posisi barunya. Begitu selesai, keduanya lekas turun dari tangga lipat dan menghampiri pria tua. “Bagaimana, Pak?” tanya salah seorang dari mereka.
Mahawirya, pria yang masih tampak sehat diusia senjanya itu memandangi potret keluarga besarnya secara saksama. “Sempurna! Terima kasih banyak,” jawabnya diiringi senyuman lebar yang memperjelas garis kerutan di sekitar mata.