Malam Tahun Baru

Purnama Putri
Chapter #3

#3 PESTA PERAYAAN

Istana Cakrabuana telah selesai didekorasi. Hiasan tanaman, pita, balon, lampu dan kristal bertebaran di setiap sudut ruangan. Tak ketinggalan pula, segala pernak – pernik tahun baru seperti terompet, topi, bando, topeng, dan kembang api disiapkan guna memeriahkan pesta di kediaman mewah ini.

Lorong menuju ruang perapian didesain simpel dengan juntaian kain putih menutupi dinding dan kerlip bintang menggantung di langit – langit. Sementara ruang perapian sendiri disulap menjadi area live music dengan dihadirkannya panggung dan orkestra mini. Kolam renang yang terletak di sisi samping kiri juga diubah menjadi tempat dinner dan barbeque bagi seluruh tamu yang hadir, tidak terkecuali asisten rumah tangga, satpam, chef, pegawai catering, maupun pemain musik.

Pada malam hari, sekitar pukul setengah sebelas, satu per satu anggota keluarga Cakrabuana mulai memasuki ruang perapian. Mereka menduduki sofa chesterfield cream yang mengitari fireplace. Sesuai dengan tema acara yang diusung oleh tim event organizer yakni; Gold Era, maka semua anggota keluarga dipastikan mengenakan pakaian bernuansa kuning keemasan. Tak lupa, mereka memakai aksesoris serba emas agar dapat meningkatkan gengsi dan nilai kemewahan yang melekat pada diri.

Oh Gosh, your earrings look gorgeous! Berapaan Bulik belinya?” tanya Beatrix antusias. Dia terlihat sangat terpikat pada anting berbentuk kepala panter dengan rantai cantik menjuntai ke bawah yang menggantung di telinga Ratri. Wanita sosialita berambut pendek sebahu tersebut merupakan bibinya yang paling hobi pamer di sosial media.

“Murah kok, cuma dua puluh sembilan ribu dolar.” Bulik berkata sambil mengangkat dagu ke atas. Bahasa tubuhnya secara gamblang menyiratkan kecongkakan.

Beatrix tersenyum kecut. Dia agak menyayangkan harga barang yang dianggap masih terlalu mahal. “Ah, it still pricey if I purchase it by myself. Nanti aku minta beliin mommy, deh.” Selayaknya wanita normal, dia memang menyukai benda bagus nan berkilau. Tapi ia juga sering merasa bersalah bila menghamburkan uangnya pada hal yang kurang penting.

“Bukannya kamu abis nyelesain proyek film di Paris, ya? Bulik baca berita, honornya milyaran? Mana kamu ditunjuk pula kan buat jadi co-sutradara di rencana film selanjutnya? Pasti uangnya banyak, tuh!” sahut Ratri dengan sorot mata menyelisik.

Sekelebat Beatrix mengerutkan alis. Dia heran, mengapa ada orang di lingkungan terdekat yang sebegitu mengurusi soal finansial yang ia dapat. Namun karena tidak mau ambil pusing, senyum simpul kemudian terpatri dalam menanggapi kekepoan bulik. “Iya, sih. But I have parents who richer than me. Jadi untuk apa aku pakai uangku?”

“Jadi kenapa kamu cari uang?” balas cepat wanita bergaun halter itu.

I don’t work for money. I do it cause I love it.

Sesaat Ratri memutar bola mata dan membuang muka, seakan meremehkan jawaban gadis belia tersebut. Dia lalu berkata, “Kamu ini polos kebangetan, ya! Beda sama mami kamu.”

Sial, sindiran tajam Ratri ternyata didengar langsung orang yang bersangkutan. Pramadia Helmawati Cakrabuana, ibu dari Olivia Beatrix menyahut sinis sembari berjalan menuju bangku kosong di sebelah anaknya, “Memang apa perbedaan kami?!”

Berubah seratus delapan puluh derajat, raut wajah Ratri mendadak ramah dan bersahabat. “Oh, beda dong, Mbak! Oliv kelihatan polos, sedangkan aura Mbak tuh terlihat kuat. Gak salah Mbak diangkat jadi komisaris utama.” Meski kerap melihat poker face bulik menghadapi ibunya, Beatrix selalu saja merinding.

“Oh, begitu maksudmu,” ujar Helma dingin.

Tak ingin terjebak kecanggungan, Ratri berusaha mencairkan suasana, “Kalung Mbak cantik banget, loh! Cocok dipakai sama Mbak!” Helma menengok pada kalung Christian Dior yang ia kenakan. Dia sedikit meragu, “Masa, sih?”

“Asli, Mbak! Percaya deh sama aku!”

Helma yang pada dasarnya mudah bahagia menerima sanjungan, menyunggingkan senyum lebar seraya berkata “Makasih ya kalau gitu.”

“Ah, untuk apa makasih? Itu bukan pujian Mbak, tapi kenyataan.” Omong kosong Ratri tak henti – hentinya. Dia lihai dalam bersilat lidah.

Lihat selengkapnya