Teruntuk sahabatku Khadijah Salsabila, aku memulai diksi ini dengan kehangatan dan kerinduan yang mendalam akan setiap momen indah yang pernah kita lewati bersama. Masih ingatkah kamu dengan pertemuan terakhir kita? Setelah enam tahun berlalu tidak ada perjumpaan di antara kita kecuali sekedar bertukar sapa melalui pesan singkat. Ah, sudah sesibuk itu kah kita dengan dunia? Aku masih tidak menyangka semua akan berakhir seperti ini. Pikirku ujian hidup yang aku alami sudah sangat kompleks, tetapi setelah bertemu denganmu terakhir kali, aku tersadar bahwa setiap manusia sedang berjuang dengan ujian hidupnya masing-masing.
Namun, kedua pendengaranku mengantarkan emosi yang mendalam tatkala tuturanmu tentang perjalanan hidupmu masuk menyusup hingga relung jiwaku, membuatku begidik tak tertahankan untuk tidak menumpahkan air mata. Bagaimanakah kamu menjalani hidupmu selama ini? Bagaimana kamu bisa begitu tegar menghadapinya? Mengapa kah nuranimu begitu kuat membela sebuah tindakan yang tidak lazim dilakukan oleh seorang yang berilmu? Ridho Allah? Demi menyandang gelar istri soleha kamu bertahan? Apakah kamu ingin menyaingi keridhoan dan ketaatan Asiah?
Khadijahku, sungguh membuat jiwaku meronta mendengar tuturan demi tuturan yang kamu lontarkan. Aku ingin menyebutmu sebagai perempuan bodoh yang mampu bertahan dengan keadaan yang membuat mentalmu porak-poranda, tetapi justru aku jauh lebih bodoh karena tidak mampu sepenuhnya mengerti apa yang kamu rasakan. Satu hal yang pasti aku tahu, guncangan jiwa yang kamu alami tidak main-main. Untuk itu aku sangat berterima kasih karena kamu percaya padaku dengan menceritakan peristiwa enam tahun silam. Aku selalu yakin bahwa kamu adalah perempuan yang kuat, tangguh, kamu sahabat yang luar biasa istimewa di mataku. Juga, kuucapkan terima kasih atas kepercayaanmu mengizinkanku untuk menyusun diksi menyulam kisah demi kisah yang telah kamu lalui tanpa kehilangan asa.
Aku menghargai setiap momen yang telah kamu bagikan, dan akan membawa kisah hidupmu ke dalam sorotan yang penuh emosi dan hikmah tanpa batas. Aku memberi judul Malam tak Setenang Bulan atas rekam jejak hidupmu. Namun, meski demikian aku lah yang bertanggung atas seluruh penulisannya. Berbahagialah dengan hidup yang tengah kamu selami saat ini, Khadijahku. Semoga Allah senantiasa merahmati dan memudahkan setiap langkahmu. Aamiin .