Malam Tanpa Kulit

Irvan D
Chapter #2

2.Jejak tanpa bayangan

Sel Penjara Kuningan – Dua Hari Kemudian

Langit mendung menyelimuti Jakarta saat Rendra dan Arif tiba di Lapas Kuningan. Mereka melewati lorong-lorong kusam yang dipenuhi suara langkah berat, jeruji besi yang berderit, dan tatapan kosong para narapidana. Tujuan mereka jelas: menyelidiki apakah Ferdian Aditya masih berada di dalam... atau sudah bebas dan kembali berburu.

"Blok C, kamar 209," kata sipir lapas tanpa ekspresi, lalu menyerahkan daftar absen narapidana.

"Ini catatan kehadirannya?" tanya Arif sambil membuka lembaran. Dahinya mengerut. "Tunggu... dua minggu lalu, dia diberi izin rawat inap di RS Jiwa Harapan Sehat. Tiga hari. Tapi... tidak pernah kembali."

Rendra memicingkan mata. "Dan kau tidak melaporkannya?"

Sipir itu tampak gelisah. "Kami kira dia kabur. Tapi pihak rumah sakit bilang dia hilang saat terapi. Tidak ada CCTV yang berfungsi waktu itu..."

"Jadi Ferdian hilang dan kalian tidak memberi tahu siapa pun?" suara Rendra meninggi, tajam.

Sipir hanya terdiam, tertunduk malu.

Rendra berbalik, mendesis pelan. "Dia bebas. Dan dia mulai bermain lagi."

Kembali ke Kantor Polisi – Ruang Kasus Khusus

Papan investigasi kini dipenuhi foto korban, garis benang merah, dan satu nama yang mendominasi tengahnya: Ferdian Aditya.

"Apa mungkin dia bekerja sama dengan orang lain?" Arif duduk dengan gelisah. "Maksudku, korban-korban ini... terlalu rapi. Terlalu artistik, bahkan untuk Ferdian."

"Aku pernah membaca laporan psikologisnya," gumam Rendra. "Ferdian percaya bahwa tubuh manusia adalah kanvas. Tapi dia juga narsistik... terlalu narsistik untuk bekerja sama. Jika ada orang lain, orang itu bukan sekadar kaki tangan. Dia muridnya."

Arif menelan ludah. "Seorang murid... yang ingin melampaui gurunya?"

Rendra mengangguk pelan. "Dan sekarang dia mengincarku."

Gudang Kosong – Penemuan Baru

Dini hari berikutnya, laporan datang: warga menemukan koper mencurigakan di sebuah kontainer terbengkalai di Cilincing.

Saat Rendra tiba di lokasi, suasana sudah dipenuhi garis polisi dan sorotan lampu.

Koper itu masih tertutup rapat. Begitu dibuka oleh tim forensik, bau busuk menyengat langsung menyebar. Isinya:

Sepotong kulit punggung manusia dengan tato bunga mawar.Sebuah boneka kecil dari daging sintetis.Dan sebuah amplop merah menyala.

Lihat selengkapnya