Malam Tanpa Kulit

Irvan D
Chapter #5

5.Taman Eksperimen

Vila Tua, Puncak Bogor – 02.46 WIB

Hutan pinus melambai pelan di bawah bayang malam, kabut menggulung perlahan seperti tangan-tangan arwah yang siap menyambut siapa pun yang datang. Rendra berdiri diam di depan sebuah vila tua bercat abu yang mulai mengelupas. Vila itu seperti bekas museum yang dilupakan, dan malam ini… terasa seperti napas terakhir sebelum dunia runtuh.

"Ini lokasi terakhir sinyal korban diculik yang disebut Meisy," kata Arif dari dalam mobil, sambil menatap layar tablet yang menampilkan jejak GPS. "Setelah itu… hilang total."

Rendra menyentuh gagang pistol di pinggangnya. "Panggil cadangan. Tapi jangan masuk sebelum aku kasih sinyal."

Arif menatapnya tajam. "Kau yakin mau masuk sendiri?"

"Aku harus," jawab Rendra lirih. "Ini bukan soal polisi lagi."

Dinding yang Bernapas

Begitu pintu vila tua itu terbuka, udara amis langsung menyergapnya—bau busuk daging, kapur barus, dan… pembersih luka. Ruang tamu berubah menjadi lab dadakan: meja logam penuh alat bedah, kain kasa berserakan, dan di dinding kanan...

Lukisan dari kulit.

Kulit wajah, kulit tangan, kulit perut, dijahit membentuk kolase raksasa yang menggambarkan… dirinya sendiri—Detektif Rendra—dalam pose duduk, dengan wajah tenang dan mata kosong.

Bibir lukisan kulit itu disulam membentuk senyuman kejam.

Di bawahnya tertulis:

"Aku membuatmu dari rasa sakit. Kini saatnya kau menerima bentuk barumu."

Rendra berlutut. Perutnya mual, tapi matanya tetap menyapu ruangan. Di rak buku, ia menemukan toples-toples kaca berisi bagian tubuh yang diawetkan—bola mata, lidah, kuku kaki, rambut dikepang rapi. Setiap toples diberi label: "Bagian dari Jiwa".

Satu toples paling besar—berisi tangan kiri lengkap dari pergelangan—memiliki label berbeda:

"Milik Ibu Sarah"

Napas Rendra tercekat.

Lorong Eksperimen

Dia berjalan melewati ruang utama menuju lorong belakang. Dindingnya berlapis plastik transparan, dan setiap bilik kaca berisi satu “pasien”.

Satu pria tua, tergeletak di ranjang besi dengan tubuh dibedah terbuka, jantungnya berdetak perlahan di luar tubuh, disambung selang dan alat pompa.Seorang wanita muda yang berdiri telanjang dengan kulit separuh transparan karena dikupas tipis, matanya berkedip, tapi mulutnya dijahit.Anak laki-laki dengan dada dijahit ulang seperti siluet salib, duduk memeluk boneka kulit dari potongan tangan.

Mereka hidup.

Di ujung lorong, sebuah pintu baja berdiri dengan tulisan besar tercetak di atasnya:

"TAMAN TERAKHIR"

Rendra menelan ludah, lalu mendorong pintu perlahan.

Taman Terakhir

Lihat selengkapnya