KELAHIRAN DALAM DERITA
Klinik kecil itu serupa gudang yang disulap. Bau alkohol menyengat, suara rintih bersahut-sahutan dari balik tirai.
Dewi menggigit kain gorden yang usang agar tidak berteriak. Darah tak berhenti mengalir.
Jam dinding berhenti berdetak. Tapi tangis bayi akhirnya pecah, seperti cahaya samar di tengah badai.
"Selamat, perempuan."
kata bidan dengan mata letih.
Dewi menangis. Tapi bukan karena bahagia.
Karena tak ada siapa-siapa di sana. Hanya dirinya, dan rasa bersalah yang tak akan pernah hilang.
Tangis itu masih terdengar ketika Bu Surti masuk perlahan ke dalam ruang bersalin.