ATAP YANG RETAK, HATI YANG SALING MENGISI
Gubuk Bu Surti reot, berdinding triplek bekas dan beratap seng berlubang.
Tapi untuk Dewi dan bayinya, tempat itu seperti surga setelah neraka.
Setiap pagi, Dewi membantu menggoreng keripik.
Siangnya, ia menggendong Salma—nama yang ia berikan pada bayinya—sambil menjajakan dagangan ke lampu merah dan pasar tradisional.
Peluh, debu, hinaan, dan panas terik jadi makanan sehari-hari.
Tapi Salma tertawa saat mendengar suara plastik keripik bergemerisik.
Tawa kecil itu, membuat luka Dewi seakan mengering meski tak pernah sembuh.
Waktu berganti. Salma tumbuh, matanya mirip ayahnya—sayangnya bukan sifatnya.
Ia lembut, penyayang, penuh tanya. Dan Dewi, sekuat apapun menyembunyikan luka, tahu bahwa waktunya akan tiba...
PERTANYAAN YANG TAK PERNAH IA SIAPKAN
Suatu siang, saat angin malas berhembus, Salma pulang dari taman kanak-kanak dengan wajah bingung.
Langkah kecilnya cepat, ingin tahu.