Kampung Suku Malata berada di tengah hutan dan dekat aliran sungai Malata yang dalam dan berbahaya dimana terdapat Buaya raksasa yang setiap bulan muncul ke permukaan daratan sungai mencari makan yang disebut Buaya Malata.
Sore harinya terlihat seekor Buaya besar mendekati perkampungan di sekitar sungai biasa penduduk Suku mandi dan berburu ikan di sungai tampaknya buaya kali ini kelaparan hingga berani muncul kepermukaan.
"ARRGHHH… Tolong Ada Buaya… Ketua Suku tolong Buaya itu sangat besar," ucap suara seorang wanita suku paruh baya sambil berlari.
Muncul seseorang bertubuh besar dan berotot dia adalah Ketua suku Malata yang terkenal sangat kuat bernama Darcak.
BRUAAKKK!!!
DHUAKKKK!!!
Terdengar dan terlihat perkelahian antara Manusia dan Buaya besar di pigiran Sungai, Darcak kembali membuat Buaya besar itu kewalahan sehingga kembali ke sungai, dengan cepat Darcak menghantam Buaya besar itu dengan batu sungai yang besar, serta merobek rahang mulut buaya dengan tangan kosong benar-benar kekuatan yang luar biasa.
Ketua Suku Malata Darcak membawa tubuh Buaya besar hasil perkelahiannya dia berhasil membunuh salah satu Buaya Malata yang telah memangsa anak rusa di sungai Malata yang besar itu, dengan tubuh dan otot yang besar Darcak membuat sebagian penduduk kampung suku Malata kagum dengan kehebatan ketua suku mereka, benar-benar pelindung kampung hebat dan disegani kecuali Bowwa yang terlihat tidak senang dengan nya.
"Cih dasar pamer… seharusnya aku yang membunuh Buaya tadi dengan tombakku," ucapnya.
"Kau masih tidak menyukainya Bowwa?" tanya pamannya.
"Paman Bawe liat sendiri kan Ketua Suku Darcak sangat membanggakan kekuatannya, dia berhasil mengalahkan Buaya sebesar itu hanya dengan batu dan otot besarnya, aku akan melebihi dia suatu hari nanti," jelas Bowwa.
"Sudah menjadi adat suku kita menunjukkan kekuatan kita demi melindungi kampung suku Malata ini Bowwa, sebaiknya kau membuat dirimu terlihat sama kuatnya dengan Ketua Suku dengan latihan yang kuajarkan padamu, kau tidak mau bukan anaknya Daris yang akan menggantikannya kelak," ucap Pamannya Bawe.
"Apa yang bisa dilakukan Daris, kemampuannya hanya bisa memanah burung kecil, tidak layak untuk menjadi Ketua Suku selanjutnya," ucap Bowwa.
"Kau jangan anggap remeh Daris saat ini memang dia belum matang tapi dua atau tiga tahun lagi, dia akan tumbuh menjadi seorang pemanah hebat dari Suku Malata," puji Pamannya.
"Kalau begitu aku akan mengalahkannya dalam memperebutkan Ketua Suku dua atau tiga tahun lagi aku pasti dengan mudah mengalahkannya," ucap Bowwa.
"Bersemangatlah Bowwa kau paling diandalkan di keluarga kita, kau harus membalaskan kekalahan ayahmu dari Darcak dengan mengalahkan Daris suatu hari nanti," ucap Paman Bawe.
"Baik Paman Bawe, aku akan banyak berburu binatang untuk memperkuat tubuhku, tapi Paman apakah kau belum mengetahui dimana keberadaan ayahku?" tanya Bowwa.
"Belum aku belum menemukan lagi jejak terakhir ayahmu Bowwa, Kakakku Banae dahulu dianggap seimbang dengan Darcak akan kekuatannya hanya saja dia dikalahkan saat pemilihan Ketua Suku dia yang marahpun pergi meninggalkan Suku kita sampai sekarang Pamanmu ini bersabar kalau kelak suatu hari nanti, kakakku yang juga ayahmu Bowwa akan kembali dan menjadi lebih kuat sampai saat itu tiba kaupun harus juga kuat Bowwa," jelas pamannya.
"Iya Paman, aku pastikan ayahku akan bangga kepadaku suatu saat nanti, Paman seperti yang sudah aku katakan Jejak Harimau Tigris Pagi ini terlihat mereka akan menyerang malam ini kita dan keluarga kita akan mengungsi untuk sementara bukan?" tanya Bowwa.
"Iya kita tidak harus mengorbankan nyawa karena para Harimau Tigris itu, mereka tau kita lengah dimalam hari keluarga dan kerabat kita yang harus diselamatkan terlebih dahulu baru kita menyerang balik setelah para harimau itu kelelahan," sambil menjelaskan dan tersenyum licik paman Bawe menepuk pundak Keponakannya Bowwa.